26. Bandel Sih

3.1K 459 30
                                    

20:00

Malam hari, setelah meminta Ibundanya untuk membuatkan susu coklat untuk dirinya, Edward menaiki tangga dengan tangan kanan yang membawa satu cangkir susu panas.

Sampai di dalam kamar, Edward meletakkan cangkir itu di meja dekat komputer miliknya.

Tadi dirinya sudah berkata jika akan menelepon teman lamanya yang sudah enam tahun tidak berjumpa, maka dari itu Edward mengambil ponsel miliknya dan membuka pintu balkon.

"Hallo, Luna." Sapa Edward begitu panggilan terhubung.

Untung saja Luna bukan tipe orang yang akan menolak panggilan dari nomor tidak dikenal.

"Chandra ya?" Tanya Luna mengenali suara laki-laki itu.

"Iya. Maaf aku seharusnya kasih pesan dulu kalau mau telepon. Mungkin ini menganggu." Ucap Edward.

"Nggak apa-apa." Balas Luna santai.

"Oh iya Luna, karena tadi kita belum banyak ngobrol, gimana kalau hari minggu aku nyamperin kamu? Ada banyak hal yang mau aku omongin." Ucap Edward.

Terutama meminta maaf, mungkin Luna sudah lupa tapi jika tidak sekarang, Edward tidak tahu kapan akan ada kesempatan kembali dirinya bisa bertemu dengan gadis itu.

"Di cafe mau? Eh enggak deh. Aku mau makan bakso. Gimana?" Tanya Luna.

"Tadi kan udah makan bakso." Balas Edward diakhiri dengan kekehan pelan.

"Aku ada langganan, enak banget, kamu harus coba." Balas Luna seperti lidah selebgram.

"Boleh, asalkan kita bisa ketemu." Ucap Edward menyetujui.

Bukan maksud Edward ingin menimbulkan salah paham terhadap hati. Ini murni karena dirinya memang ingin bertemu, tapi tidak tahu apa hati di sana merasakan hal lain atau tidak.

"Nanti aku kirim lokasinya. Hari minggu jam berapa?" Tanya Luna.

"Kamu bisanya jam berapa?" Tanya Edward.

"Pagi aja jam sebilan, bisa?" Tanya Luna.

"Bisa. Minggu jam sembilan." Ucap Edward memperjelas.

"Iya."

"Kalau gitu aku tutup teleponnya. Makasih, Luna."

"Kok pakai bilang makasih? Sama-sama."

"Karena udah mau meluangkan waktu di hari minggu." Jawab Edward.

"Santai aja, Chandra. Kita kan temen." Balas Luna.

Edward tersenyum meskipun tidak dapat dilihat oleh Luna jauh di sana.

"Iya. Aku tutup ya, Luna. Selamat malam." Ucap Edward lalu mematikan panggilannya setelah mendapatkan balasan dari Luna.

Kedua sudut bibir Edward kembali tertarik ke atas. Rasanya lega sekali.

Setelah itu Edward kembali ke dalam kamarnya dan menutup pintu balkon beserta tirainya.

Laki-laki itu bergerak ke tempat tasnya berada dan mengeluarkan makanan ringan yang sudah ia beli di sekolah tadi. Sengaja agar Bundanya tidak tahu karena Yuna akan menentangnya jika ketahuan memakan makanan pedas, padahal Jordan sering berkata jika sesekali tidak apa-apa, tapi Bundanya itu terlalu perhatian.

Tidak banyak, hanya tiga bungkus makanan kering ia keluarkan, dan setelah itu Edward duduk di kursi gamingnya yang begitu nyaman.

Sudah ada susu, snack, dan juga komputer. Suasana yang tepat untuk memainkan game sepanjang malam.

TarachandraNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ