8. Keluarga Bimasena

4.8K 630 40
                                    

09:30

Sambungan telepon sepuluh menit yang lalu mampu membuat Yuna terpaku dalam duduknya, ponsel miliknya masih berada di genggaman tangan kanannya.

Mata wanita itu menatap kosong ke arah depan untuk beberapa menit, berita buruk seperti ini tidak pernah Yuna bayangkan sebelumnya, kabar tentang putranya di sana.

"Kamu bisa pulang sekarang?" Tanya Yuna begitu setelah mengendalikan dirinya kembali.

Tidak ada orang lain selain Jordan yang pantas dihubungi saat ini, Ayah dari Anak itu harus tahu akan hal ini.

"Kenapa? Ada masalah?" Respon Jordan cepat.

"Barusan wali kelas Chandra telepon, katanya Anak kita berantem." Jelas Yuna sambil mengusap wajahnya tidak tenang.

"Edward berantem? Nggak mungkinlah dia berantem." Balas Jordan tahu betul karakter Anak mereka.

"Aku juga nggak percaya kalau Chandra berantem, tapi yang bikin aku khawatir karena Gurunya tadi telepon kita harus ke sekolah. Kalau pertengkaran biasa kayaknya nggak mungkin sampai dipanggil kan? Aku khawatir." Suara Yuna bisa didengar dengan jelas oleh Jordan, bagaimana suara bergetar bercampur kalut tersebut.

"Kamu siap-siap aja, aku sampai rumah lima belas menit lagi." Ucap Jordan lalu mematikan sambungan telepon mereka dan bergegas pulang.

Bagaimana mungkin putranya yang begitu polos dan penurut bisa sampai berkelahi dan dirinya harus pergi ke sekolah karena masalah itu. Sebagai wanita yang melahirkan Anak itu tentu saja Yuna khawatir, sepaham Yuna jika Edward tidak terlalu mempedulikan orang lain selain keluarganya.

Lebih cepat dari biasanya, Jordan sampai di rumahnya dan mengajak Yuna untuk segera pergi ke sekolah Edward. Sama halnya dengan Istrinya, Jordan juga tidak kalah kalut.

Tadi pagi Anaknya itu masih terlihat sedikit lemas dan baru sembuh dari maagnya kemarin, tetapi hanya berselang tiga jam Jordan sudah dikabari hal buruk ini oleh Istrinya.

"Nggak mungkinkan kalau Anak kita yang bikin keributan?" Tanya Yuna cemas, mencoba terus berpikir jika Edward tidak akan melakukan kesalahan.

"Nggak mungkin, Edward nggak mungkin kayak gitu, dia itu Anak baik." Balas Jordan meyakinkan.

Sejujurnya tidak ada orangtua manapun yang ingin Anaknya terlihat salah meskipun jika kenyataannya tidak demikian. Tapi uuntuk hal ini Jordan, Yuna yakin jika Edward tidak mungkin menjadi akar perkelahian ini.

Sampai di parkiran sekolah Edward, Jordan menggenggam jemari tangan Yuna untuk menenangkan dan sekaligus menuntunnya ke ruangan Guru,

Dengan wibawanya Jordan mengetuk pintu di depannya lalu masuk bersama Yuna, di dalam sana sudah ada kepala sekolah, wali kelas Edward, lima siswa dan satu siswi, serta beberapa wali murid.

"Selamat pagi." Sapa Jordan setelah masuk dan dipersilahkan oleh kepala sekolah untuk duduk di sofa.

"Baiklah karena sudah lengkap, kami langsung ke intinya saja karena kami juga mengerti jika para wali murid mungkin menunda pekerjaan untuk datang ke sini." Ucap kepala sekolah memulai pembicaraan ini.

"Jadi tadi saat jam istirahat terjadi hal yang tidak terduga di kelas empat, di mana perkelahian antar siswa tiba-tiba terjadi, maka dari itu kami dari pihak sekolah mengumpulkan para wali murid dan siswa yang bersangkutan." Jelas kepala sekolah.

"Mohon maaf menyela, tapi di mana Edward?" Tanya Jordan.

Melihat beberapa Anak di dalam ruangan ini dan tidak mendapati putranya tentu saja Jordan harus menanyakan hal menjanggal ini.

TarachandraWhere stories live. Discover now