71. Dia Pengecut

1.1K 122 19
                                    

Jam menunjukkan pukul tujuh malam saat Edward menghentikan mobilnya tepat di depan pagar kos tempat Ruby tinggal, pria itu menurunkan kaca mobilnya, melihat gadis itu yang sudah menunggunya terlebih dulu.

"Masuk." Titahnya.

Ruby mengangguk, lalu duduk di kursi samping kemudi yang dikendarai Edward.

"Kamu udah nunggu dari tadi?" Tanya Edward lalu melihat penampilan Ruby, tidak terlalu buruk baginya.

Pada dasarnya gadis di depannya ini memang cantik, mau memakai apapun juga akan tetap cantik, ditambah riasan tipis di wajahnya yang tidak ia tunjukkan setiap hari.

"Baru kok, Pak." Balas Ruby.

Edward mendekatkan tubuhnya, bermaksud untuk menarik seatbelt mobilnya untuk gadis itu yang sukses membuat Ruby menahan nafasnya, pasalnya Edward tidak segera duduk dengan normal kembali.

Laki-laki tampan itu menatap Ruby dengan cukup dekat, bahkan ia bisa menghirup dengan jelas wangi tubuh Jaksa di depannya tersebut, hem bau orang kaya.

"Panggil saya Chandra. Saya bukan Bapak kamu, jadi jangan dipanggil Pak." Ucap Edward.

"Tapi umur kita beda beberapa tahun, rasanya nggak sopan kalau panggil nama aja." Balas Ruby jujur saja.

"Ya udah panggil sayang aja." Ucap Edward.

"Bercanda." Lanjut Edward melihat wajah melongo Ruby, lalu menjauhkan dirinya.

Bagaimana bisa seseorang bercanda dengan nada sedatar itu? Apa gaya bercandanya memang seperti itu?

"Saya panggil Kak aja, gimana?" Ruby mencoba menegosiasi.

"Boleh." Balas Edward sambil kembali menjalankan mobilnya menuju pesta pernikahan Raynar diadakan.

"Saya serius, kamu lagi nggak dekat sama cowok lain kan?" Tanya Edward sambil menoleh sekilas.

"Nggak ada Pak, eh maaf." Ruby menjeda perkataannya sejenak.

"Dari dulu kalau mau ke mana-mana selalu sama Albert, jadi kita dikira pacaran padahal enggak." Jelas Ruby.

"Jadi selama ini kamu single dari lahir?" Tanya Edward.

"Enggak juga, dulu waktu SMA pernah pacaran buat pertama kali tapi nggak lama, gara-gara orangnya berantem sama Albert, biasalah salah paham. Kalau kata temen-temen sih pacar saya nggak suka karena ngerasa kalah ganteng sama Albert." Jelas Ruby.

"Kalau sama saya gantengan siapa? Alberto atau saya?" Tanya Edward langsung.

"Emm, kalian sama-sama ganteng, tapi saya nggak bisa lihat di mana letak kegantengan Albert." Ruby menjawab dengan hati-hati pertanyaan menjebak ini.

"Berarti gantengan saya? Orang-orang juga bilang kalau saya ganteng dari kecil." Dengan percaya dirinya Edward menjawab.

Narsisnya sudah seperti Bapak Jordan.

Ruby tersenyum canggung, tidak menyangka jika Edward merupakan orang yang senang dipuji, tapi dia memang tampan sih.

"Kalau Kak Chandra sendiri udah pernah punya pacar? Pasti udah kan ganteng dari kecil." Kali ini Ruby yang memberikan pertanyaan.

"Dulu pernah waktu sekolah, pacar pertama saya, cinta pertama saya juga." Jelas Edward yang agaknya terlalu jelas untuk diucapkan di hadapan wanita yang ingin ia ajak serius.

"Terus kenapa bisa putus kalau cinta?" Tanya Ruby.

"Terpaksa, saya udah minta supaya nggak pisah, saya udah berusaha tapi dia nggak mau, padahal kita sama-sama masih suka, dia terlalu mikirin perasaan orang lain. Menanggung kesalahan orang lain yang saya sendiri nggak mau libatkan dia." Jelas Edward sambil fokus menatap jalanan di depannya.

TarachandraWhere stories live. Discover now