38. Tidak Bahagia

2K 355 27
                                    

Banyak orang berkata, ketika menikah hal yang paling utama adalah komunikasi yang baik dan saling percaya.

Sejauh Yuna menjalin kasih dengan Jordan yang kini sudah menjadi Suami dan Ayah dari Anaknya, ia selalu merasa beruntung dapat bersama dengan pria tersebut.

Jordan itu pembicara dan pendengar yang baik, dia juga selalu melindungi orang terkasihnya. Tentu saja tidak ada alasan lain untuk Jordan tidak menyayangi keluarganya.

Dalam keadaan sunyi, keduanya sering kali menggunakan waktu tersebut untuk saling bertukar cerita dan pikiran, menyakitkan jika mereka masih sejalan dan memiliki tujuan yang sama.

"Nanti Edward kalau udah lulus sekolah mau lanjut kuliah di mana ya kira-kira? Anak kita kan pinter."

Edward mengatakan tujuan kuliahnya tapi Anak itu belum sama sekali memberi tahu ingin kuliah di mana.

"Chandra belum cerita ke aku. Nanti kalau udah kelas dua belas mungkin baru ditanyain biar nggak jadi beban." Balas Yuna.

Jordan mengangguk setuju, bisa saja memang Edward masih memikirkannya. Menanyai Anak itu sekarang mungkin malah bisa membuatnya berpikir jika mereka ingin segera mendapatkan jawaban.

"Nggak bisa dibayangin kalau Edward mau kuliah di luar kota atau bahkan kalau dia mau ke luar negeri. Tapi apa bisa kita ngelarang dia kalau maksudnya baik. Kalau Edward mau ngejar cita-citanya, kita nggak bisa ngelarang." Ucap Jordan.

"Rela nggak rela, Chandra nggak selamanya Anak umur lima tahun." Meskipun hatinya tidak seceria itu mengatakannya, Yuna tetap tertawa kecil.

"Kalau ke luar negeri kayaknya enggak deh, tapi kalau S2 nya, aku nggak tau."

"Kita lihat aja pilihan Chandra nanti. Biarin dia mikirin sekolahnya aja sekarang."

"Iya." Balas Jordan.

Yuna menolah ke kanan, di mana Jordan tengah berbaring di sampingnya saat pria itu semakin merapatkan tubuh besarnya ke dirinya.

"Kamu udah tau belum?" Tanya Yuna tidak jelas. Katanya perempuan memang suka bertanya seperti itu.

"Apa?" Tanya Jordan sudah memeluk Istrinya dari samping.

Sudah bersiap untuk tidur, tidak lupa juga bermanja-manja ke Istrinya, masa Edward terus yang bisa?

"Tadi Chandra waktu pulang, dia bilang kalau udah mutusin buat keluar dari klub bola di sekolahnya. Waktu aku tanya katanya dia capek banget kalau harus ikut kegiatan itu terus, tapi aku ngerasa kayaknya nggak mungkinkan Chandra bakal nyerah kayak gitu, apalagi main bola kan keinginan dia dari kecil." Ucapan Yuna sontak membuat kantuk Jordan menghilang, tentu saja ini sangat mengejutkan.

"Edward belum ngomong sama aku. Padahal tadi kan dia masih main, masa langsung bilang keluar. Kayaknya ada alasan lain, aku yakin." Balas Jordan.

"Coba besok kamu tanyain pelan-pelan. Kalau nggak mau cerita jangan dipaksa." Yuna rasa Suami dan putranya pasti bisa menemukan pembicaran yang tepat, mengingat hobi mereka yang sama.

"Sekarang aja." Jordan sudah mendudukkan dirinya saat Yuna menahan tangannya.

"Udah tidur Anaknya. Besok aja." Memang suara lembut milik Yuna itu hal yang paling indah, apalagi jika dalam keadaan sunyi seperti ini.

"Siapa tau masih bangun. Edward sekarang suka begadang tau. Eh ups." Jordan menutup mulutnya saat tidak sengaja membongkar kebiasaan Anaknya. Ini masalah besar, dapat menimbulkan prahara.

Buru-buru pria itu berdiri dan ke luar dari kamarnya menuju kamar Edward. Ia harap Anaknya masih bangun.

Namun apa yang dikatakan Istrinya benar, padahal tadi saat ia ke kamar ini, Edward masih bangun. Entahlah mungkin benar jika Edward kelelahan.

TarachandraWhere stories live. Discover now