48. Menunjukkan Rasa

1.7K 280 22
                                    

Menyelesaikan ujian dan menunggu pembagian rapor setidaknya membuat diri Edward kurang tenang beberapa hari ini, memikirkan apakah nilainya akan memuaskan atau bahkan mengecewakan?

Sudah lama sejak terakhir kali Edward merasakan saat-saat seperti ini, melihat Bundanya datang ke sekolah menjadi wali muridnya untuk menggambil rapornya.

Melihat wajah Yuna yang tidak hentinya tersenyum tentu membuat Edward bahagia karenanya.

Apa kebahagiaan Bundanya begitu sederhana seperti ini?

Bersama teman-temannya yang lain, mereka menghampiri orangtua masing-masing yang sudah duduk di kursi yang disediakan di dalam kelas.

"Bunda." Edward duduk di samping kanan Yuna, lalu meraih tangan wanita itu dan menciumnya.

"Mamanya Jendra dan Shireen." Sapa Edward ketika melihat Ibu dari temannya duduk di samping kiri Bundanya.

"Loh ini Mamanya Edward? Saya nggak tau." Balas Mamanya Jendra ramah, masih sama seperti terakhir kali bertemu.

Yuna menoleh lalu menyapa dengan anggun, juga senyum cantik menghiasi wajahnya.

"Iya ini Bunda saya. Bunda, ini Mamanya Jendra sama Shireen." Ucap Edward.

Edward menoleh ke Shireen yang duduk di samping kiri Mamanya, sedangkan Jendra memilih untuk berdiri di depan kelas sebagai ketua kelas dia harus memastikan kelasnya kondusif, dibantu juga oleh Jaena sambil menunggu orangtuanya datang.

"Perkenalan nama saya Martha, Mamanya Jendra sama Shireen." Ucap wanita di samping kanan Shireen ramah.

"Saya Yuna, Bundanya Tarachandra." Balas Yuna menyambut dengan senang hati uluran tangan Martha.

"Hallo Tante, masih inget aku? Shireen, yang dulu ikut jengukin di Rumah sakit." Sapa Shireen lalu menyalami tangan Yuna selayaknya kepada orang yang lebih dewasa.

"Inget dong." Balas Yuna, senyumnya bahkan tidak memudar sedikitpun.

"Ternyata benar yang dibilang Shireen kalau Bu Yuna ini cantik banget. Wajar juga kalau Edward ganteng kayak gini, ternyata nurun dari Bundanya." Puji Martha, Mama dari Jendra dan Shireen.

"Ibu dan Shireen juga cantik. Kalau Chandra dibandingkan mirip saya, dia lebih mirip Ayahnya." Balas Yuna.

"Chandra?" Sebenarnya Martha sedikit tidak paham kenapa nama panggilan Anak laki-laki itu berbeda.

"Iya, saya lebih suka panggil Chandra. Nama panjangnya Tarachandra Edward Bimasena. Kalau Ayahnya manggilnya Edward." Jelas Yuna.

"Tapi Bunda emang cantik, cantik banget." Ucap Edward menanggapi ucapan Mamanya Jendra tadi.

Edward tidak berbohong, Yuna memang terlihat cantik setiap waktu. Tidak ada kata yang pantas untuk mengatakan kekurangan Bundanya.

Shireen melihat Edward, berpikir apa laki-laki itu selalu memuji kecantikan semua perempuan seperti ini?

"Katanya Shireen, kalian pacaran ya?" Tanya Martha.

"Iya, Tante." Balas Edward tetap dengan tampang santai.

Sejujurnya Yuna mencoba untuk menghindari pembahasan ini, ia pikir ini adalah privasi dari kedua Anak itu, mereka mungkin bisa saja merasa tidak nyaman jika membahas hubungannya di depan orangtua seperti ini.

"Kalau gitu main dong ke rumah, kan ada Jendra juga." Ucapnya masih tetap ramah.

"Kalau untuk sekarang belum bisa, tapi lain waktu akan saya sempatkan." Balas Edward.

Benarkan apa yang Martha pikirkan sebelumnya jika Edward ini Anak yang tidak biasa, dia begitu berwibawa dan formal. Wanita itu jadi berpikir jika bagaimana bisa putrinya dapat menaklukkan orang seperti Edward?

TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang