62. Perasaan yang belum terungkap

367 32 9
                                    

Beam tidur dengan nyenyak di ranjangnya.. tapi sesuatu mengganggu tidur pulas Beam. Beam mengucek matanya agar tetap sadar. Dia seperti Mendengar suara dari balik jendela.

Tuk..

Tuk..

Tuk..

"Masa iya disini ada hantu?? Tapi kenapa ada suara?? Mana mungkin hantu bisa mengetuk jendela?? Apa jangan-jangan maling!!!" Seru Beam takut.

Beam berdiri dari tempat tidurnya dan mengendap-endap menuju ke jendela. Tak lupa juga dia membawa tongkat bisbol yang ada dikamarnya.. kalau benar itu maling maka Beam langsung memukulnya dengan tongkat ditangannya.

Kkkrrriiieerkkkkkk

Beam membuka pintunya perlahan dan bersiap-siap melayangkan pukulannya.

Tapi saat diamati secara seksama tak ada siapa-siapa.. hanya angin malam yang datang menerbangkan sehelai rambutnya.

Beam menurunkan tongkatnya.. dia mengedarkan pandangannya mencari sesuatu yang mencurigakan tapi sekali lagi Beam meyakinkan dirinya kalau tadi hanya halusinasinya saja.

Beam akan bersiap berbalik untuk kembali kedalam kamarnya.. tapi ada tangan besar membekap mulutnya membuat Beam merinding ketakutan.

Beam ingin berteriak meminta tolong tapi itu percuma karna mulutnya tak bisa bersuara.

Lalu seorang dibelakangnya membawa Beam masuk dan menarik tubuh ringkih Beam.

"Eeummmmm.... Eeeuummmmm..."

"Beam!!! Ini aku.. diamlah.." bisik Forth.

Beam berbalik badan dan memasang wajah kagetnya.

"Phi.. kau, k-kenapa ada disini?? Kau tadi naiknya gimana???" Tanya Beam shock, bagaimana tidak kaget karena tiba-tiba Forth datang di balkon kamarnya yang tinggi ini.

"Aku naik lewat pohon besar itu" tunjuk Forth.

"Kenapa P'Forth harus naik-naik segala?? Memangnya kau itu monyet harus manjat pohon?? Kenapa tidak lewat pintu saja?? Apa gunanya pintu kalau tidak dipakai??" Tanya Beam sewot, bukan apa.. jujur dia sangat mengkhawatirkan suaminya itu, takut terjadi apa-apa.

Forth menghela nafasnya, "kau mau aku diusir lagi oleh ayahmu seperti tadi pagi??"

Beam terdiam, dia baru menyadari kalau Forth sudah sangat dibenci oleh ayahnya.

"Lalu kenapa kau nekad datang malam-malam begini ke kamarku??" Tanya Beam datar.

"Hanya ingin.." jawab Forth enteng.

Beam mengerutkan keningnya, "kau ini membingungkan.."

Forth tersenyum, "aku disini ada urusan denganmu.."

"Denganku?? Urusan apa??" Tanya Beam penasaran.

"Aku ingin membawamu pulang ke rumah.."

Beam menghela nafas berat, "sudah kubilang.. aku tidak bisa. Kita akan bercerai.."

"Apa kau ingin kita bercerai??"

Beam menatap mata Forth dalam.. 

"Bukankah ini yang P'Forth inginkan dari dulu??" Tanya balik Beam.

"Baiklah kalau kau menginginkannya.."

Beam mau akan protes karena dengan seenaknya Forth beranggapan kalau Beam menginginkan perceraian itu, padahal dia sendiri yang menyiapkan surat perceraian.. Beam hanya mengikuti skenario yang dibuat Forth.

"Datanglah besok ke Taman, tidak jauh dari sini"

"Kenapa??"

Forth tersenyum.

Pernikahan YANG terpaksa (ForthBeam)Where stories live. Discover now