7. Pertengkaran yang pertama

516 33 0
                                    

"Tak ada yang akan keluar dari rumah ini!!!!!"

"Ai'Singto!!!!"

"Apa urusanmu Singto!!" Kata Forth tajam.

"Seperti yang aku katakan.. 'Tak ada yang akan keluar dari rumah ini' " balas Singto tak kalah tajamnya.

"Jangan ikut campur.. ini urusan rumah tanggaku!!" Kesabaran Forth sudah habis.

"Aku berhak ikut campur jika ini ada sangkut pautnya dengan calon ponakanku.." sahut Singto lebih lembut.

Forth menatap ke arah adiknya tajam sementara yang ditatap pun tak merasa takut.

"Ai'Singto.. sudah cukup!!" Ucap Beam lirih.

Singto diam.

Begitu juga dengan Forth.

"Aku sudah tidak tahan lagi.. jangan halangi aku.. biarkan aku pergi dari rumah ini.." ucap Beam berusaha tegar.

"Tapi Ai'Beam--" perkataan Singto di potong cepat oleh Beam.

"Tidak ada tapi. Keberadaanku disini tak di inginkan.. untuk apa aku harus bertahan.." jeda Beam, "..mungkin benar kalau aku adalah penghalang kebahagiaannya.. jadi lebih baik aku harus mengalah.." ucap Beam sembari memasukkan pakaiannya ke dalam tas dan saat akan melewati Singto, Beam berhenti.

"Maafkan aku.." bisik Beam pelan.

Beam melewati Singto, tapi hanya beberapa langkah saat mendengar suara Singto.

"Jangan pergi.."

Beam berhenti dan bergeming antara pergi atau tidak. Kata hatinya ingin sekali pergi dari rumah ini karena tak sanggup batinnya selalu tersakiti, tapi seolah tubuhnya menolak dengan keinginan hatinya. Raga dan batinnya seolah berperang saat ini.

Beam mendengar langkah kaki mendekat padanya dan dia yakin kalau Singto lah orangnya.

Singto menyentuh bahu Beam pelan. Beam diam dan masih membelakangi Singto.

"Apa kau tega melihat kakek jantungnya kumat lagi?"

Beam masih diam.

"Apa kau tega melihat Mae sedih melihat menantu kesayangannya pergi meninggalkan rumah?"

Mata Beam mulai berkaca-kaca.

"Apa kau tega membuat Pho tak tenang karena memikirkan calon cucunya??"

"Apa kau tega membuatku selalu mengkhawatirkanmu??"

Isak Beam mulai terdengar meski pelan.

"Dan kau lebih mementingkan perasaan satu orang dari pada perasaan kami??" Jeda Singto, "Yang menyayangimu??"

Beam berbalik dengan matanya yang sembab.

"Apa kau tak menganggap semua orang disini menyayangimu lebih dari keluarga??"

"Maafkan aku.." ucap Beam lirih..

Singto hanya tersenyum lalu membelai rambut Beam.

"Tak perlu minta maaf.. kau tidak salah.." sembari menghapus air mata Beam. "Jangan menangis kakak ipar. Kau sangat jelek.." ejek Singto bermaksud menggoda.

Beam terkekeh.

"Sudah cukup drama kalian.."

Moment Singto dan Beam terhenti saat ada Forth yang keberadaannya sempat terlupakan.

Forth menatap ke arah Beam sepenuhnya. "Apa kau tak jadi pergi di rumah ini!!"

"Cukup P'Forth.. jangan sekali-kali Phi mengusir Beam demi satu pria.. kalau tidak--"

Pernikahan YANG terpaksa (ForthBeam)Onde histórias criam vida. Descubra agora