44. Menipu??

258 24 0
                                    

Atensinya masih terpaku pada deretan lingkaran mungil di dalam kotak kaca. Matanya menyisiri objek satu persatu. Semuanya cantik, dan tentu sangat berharga jika mendengar masing-masing deskripsi dari penjual. Ada yang bertahtakan ruby, safir, emerald, dan berbagai batu permata lainnya.

Tapi entah kenapa, belum ada yang benar-benar berhasil memikat mata tajamnya.

"Lihat, cincin ini bagus sekali kan?"

"Kau benar. Coba kau pakai." Sang gadis muda menuruti, "Oh… terlihat sangat cantik.."

"Cincin ini sangat cocok untuk jariku. Aku akan membelinya."

Telinganya menangkap suara berisik khas perempuan. Pemuda itu mengamati. Melihat betapa antusiasnya dua gadis asing berambut pirang dengan sebuah cincin emas putih bertahtakan berlian biru.

'Berlian biru?', batinnya bergejolak bahagia.

Akhirnya sang pemuda menghampiri dua gadis tersebut.

"Permisi Nona.."

Kedua gadis itu menoleh. Mendapati seorang pemuda tampan dengan daya pikat yang luar biasa. Salah seorang di antara mereka sampai termangu dengan bibir sedikit terbuka.

"Boleh aku tahu di bagian kotak mana kau mendapat cincin itu?"

Bukannya dijawab, justru mendapatkan tatapan seolah terpesona

"Nona???" Sambil mengibaskan tangannya di depan wajah gadis tersebut.

"Eh…maaf. Di sana, aku menemukannya di sana.." Gadis itu menunjuk pada kotak kaca yang lebih kecil.

"Terima kasih Nona.."

Tanpa membuang banyak waktu pemuda tersebut langsung bergerak menuju kotak kaca yang dimaksud.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?"

"Saya mencari sebuah cincin yang sama persis dengan yang gadis itu peroleh." Melirik dua gadis asing tadi, pemuda itu melanjutkan. "Hm tidak! Jangan! Jangan yang sama persis. Aku mau yang gagang cincinnya sedikit lebih besar. Kau ada rekomendasi bahan apa yang bagus?"

"Perak ku rasa pilihan yang bijak Tuan."

"Tidak…tidak, jangan perak. Aku mau sesuatu yang lebih berharga, seperti emas putih atau apapun yang menurutmu istimewa.."

Memasang pose berpikir, sang pria tua menjentikkan jari. "Ah, aku tahu Tuan. Mohon tunggu sebentar."

Pemuda itu bisa melihat sang pria tua beralih menuju ruangan di balik pintu. Mungkin itu ruang penyimpanan, ah terserahlah. Dia hanya ingin mendapat cincin yang terbaik.

"Ini dia." Sang penjual telah kembali, mengembangkan senyum sumringah yang tak mampu tertahan di wajah sang pria tampan, dengan cengiran lebarnya ia begitu semangat memilah cincin yang disediakan.

"Semuanya kualitas tinggi. Ini dari batu permata yang sama dengan yang digunakan ratu inggris sekarang. Yang ini diperoleh dari tambang…"

Sang pemuda tidak begitu memperhatikan sederet deskripsi membosankan dari penjual. Dia bukan sedang mencari cincin bersejarah atau apalah namanya. Lagipula memang wajahnya terlihat seperti seorang kolektor barang langka? Tidak kan.

"Tidak ada yang berliannya biru?" Tanya pemuda tersebut dengan jengah.

Raut tua tampak menyesal, "Maaf Tuan, stok kami sedang kosong. Sangat sulit untuk mendapat yang warnanya seperti itu. Saya juga khawatir anda tidak akan mendapatkannya di tempat lain. Tapi berlian ini tak kalah indah bukan, ini juga tidak kalah.

"Masalahnya aku akan melamar pria cantik dan bukan wanita cantik.." jelasnya memberitahu.

si penjual mengangguk mengerti, "tapi sayangnya stoknya sudah habis Tuan.. Atau kau bisa memilih mutiara dari samudra atlantik ini, atau."

Pernikahan YANG terpaksa (ForthBeam)Where stories live. Discover now