45. Aku tidak tahu

259 25 0
                                    

Phana meneguk ludahnya kaku, "a-apa tak ada yang lain??"

Beam menggeleng kepalanya perlahan, lalu menunduk ke bawah.

"Aku tahu pasti ini berat untuk Phi. Tapi aku tak tahu Phi. Entah ini kemauan bayiku atau kemauanku sendiri.. P'Pha tahu sendiri kalau aku begitu mencintai P'Forth, meski P'Forth tak akan pernah membalas cintaku. Tapi satu yang aku inginkan dari dulu.."

"Apa??"

"Aku ingin P'Forth mengelus perutku, meski itu hanya beberapa detik. Tapi.. akan aku nikmati setiap detik kebersamaanku bersamanya.."

Phana menatapnya iba, dia tak tahu begitu besar cintanya untuk Forth. Sungguh.. Forth akan menyesal telah menyia-nyiakan Beam.

"Phi tenang saja.. aku tidak akan memaksa P'Pha membawa P'Forth. Aku sadar diri Phi.. P'Forth tidak akan pernah mau mengelus perutku karna bayi yang ada di perutku bukanlah darah dagingnya.."

"Memang bayi dalam perutmu bukanlah anaknya, tapi dia adalah keponakannya.. yang sama-sama dari keturunan keluarga Jathurapoom. Dia tak mungkin tega untuk menolak keponakannya sendiri.." ujar Phana.

Beam tersenyum pedih, "Aku tahu, tapi itu mustahil Phi.."

"Apanya yang mustahil?? Phi janji akan membawanya di hadapanmu, tapi yang Phi pikirkan.. kenapa harus Forth.. bukannya bayi diperutmu itu anak kandung Pangpond Jathurapoom?? Seharusnya N'Beam menyebut nama Pangpond bukan malah Forth?"

"Aku tidak tahu Phi.. tiba-tiba saja permintaan itu terbesit dalam pikiranku, Phi sendiri yang bilang.. aku harus memikirkan sesuatu yang seumur hidupku belum pernah melakukannya.."

'Hhhhh.. ini namanya senjata makan tuan.. kenapa harus Forth sih.. melihat wajahnya saja rasanya aku ingin sekali menendangnya, apalagi memohon padanya untuk datang kesini.. ada-ada saja N'Beam ini..', batin Phana mengeluh.

"Padahal aku sudah berjanji, aku tidak akan menampakkan diri lagi dihadapannya, tapi aku tidak tahan lagi. Aku sangat merindukannya Phi.. aku ingin ada disisinya.. Phi bisa anggap aku pria bodoh, tolol atau apapun itu.. aku bisa menerimanya. Aku tidak mau munafik lagi Phi.. aku sangat merindukannya.."

Phana bisa melihat punggung Beam yang bergetar dan menandakan kalau pria yang dianggap adiknya sendiri itu sedang menangis.

Phana menghela nafasnya panjang, lalu mengelus bahu Beam untuk menenangkannya.

"Sudah jangan menangis. Phi tidak akan mengataimu bodoh, tolol atau apapun.. biarlah cintamu mengalir Seperti sungai.. karena perasaan tak bisa dipaksakan sesuka hati kita.. dan kau memilih bertahan ditempat itu, dimana kau masih setia untuk mencintai Forth.." jeda Phana.

"Tapi.. kau harus tahu resikonya N'Beam. Dimana Forth tidak membalas cintamu dan mencintai pria lain. Cintamu itu hanya bertepuk sebelah tangan. Apa kau siap dengan resikonya??"

"Hiks.. sebenarnya aku tidak sanggup Phi. Orang mana yang tidak ingin bahagia dengan orang yang dicintainya.."

Phana terdiam.

"Mae pernah bilang.. jika kita mencintai seseorang. Maka kita harus melepaskannya" akhirnya air mata Beam pun terjatuh "..bukan karena kita berhenti mencintai..tapi karena kita tahu..dia berhak bahagia. Walaupun bukan kita yang membuatnya bahagia" lanjutnya.

Pertama kalinya Phana melihat Beam tersenyum dalam tangisnya. Dalam hati dia terus merutuki keberuntungan Forth yang dicintai oleh pria luar biasa seperti Beam.

'Lihatlah Forth.. aku sangat iri padamu, seandainya aku tidak menganggap Beam adikku, mungkin aku sudah jatuh cinta dengannya..', batinnya.

"Hey.. hey.. berhenti menangis. Kenapa adikku ini mudah sekali menangis? Jangan cengeng. Mana adikku yang selalu tersenyum, ceria, dan menyebalkan, hm??"

Pernikahan YANG terpaksa (ForthBeam)Where stories live. Discover now