18. Ini bukan cinta

388 31 0
                                    

Shock. Bingung. Sesal.

Tiga kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi hati Pangpond Jathurapoom saat ini.

Rintik hujan di malam hari menjadi saksi bisu bagi nyanyian batinnya yang berkecamuk.

Menghamili pria yang sudah dianggapnya adik sendiri. Dia bahkan tak habis pikir, bagaimana Beam yang juga sama berjenis kelamin dengannya bisa hamil.

Tapi itu tak penting, yang terpenting adalah dia pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab, bahkan dia baru tahu kebejatannya malam itu membuahkan aib bagi semua orang, bahkan keluarganya sendiri.

Sekarang, dia kembali seenak jidat. Mengacaukan keadaan. Kakek Xinlang sampai harus dirawat karena jantungnya kumat. Terlebih Beam, pria malang itu...kecelakaan.. tadi Singto sudah mengatakannya yang sebenarnya tanpa di ketahui seluruh keluarganya. Pangpond tak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

Kurang brengsek apa dirinya.

Seandainya dia tidak lari waktu itu, Beam takkan menderita seperti ini.
Sebab Pangpond yakin, sejak pertama kali mengetahui Forth adalah orang yang bersedia -atau terpaksa- menikahi Beam. Bisa dipastikan hidup pria itu tak jauh beda dengan neraka.

Ah...Kalau saja bisa mengulang waktu. Pangpond berharap mati saja sebelum dilahirkan.

"Maafkan aku, Ai'Beam...maafkan aku."

Wajah yang biasa memasang keceriaan tak lagi berpura-pura. Bibirnya ribuan kali merapal kalimat serupa sarat penyesalan.

Nasi sudah jadi bubur.

Pangpond baru tahu makna pribahasa tersebut semenyakitkan ini.

Singto menghampiri kakaknya yang sedang kalut di dalam kamarnya. Dia duduk di samping Pangpond sambil mengelus bahunya untuk menenangkannya.

"P'Pond tidak perlu merasa bersalah... Semua sudah terjadi.." ucap Singto pelan.

"Kau tidak tahu apa yang aku rasakan.."

"Aku tahu yang P'Pond rasakan.." jeda Singto, "..tapi aku lebih merasakan penderitaan P'Beam.. dia jauh lebih menderita dibandingkan P'Pond.."

"Aku tahu.." ucap Pangpond lirih.

"Sabar Phi, semua masalah ada jalannya.."

"Beam tidak akan memaafkanku.. aku sudah membuatnya membenciku.."

"Phi jangan menyerah, aku yakin P'Beam akan memaafkanmu karena dia adalah pria yang paling baik sedunia ini.."

"Aku tahu, tapi kesalahanku sudah sangat fatal. Gadis atau pria manapun pasti akan sangat membenciku.."

"Maka dari itu P'Pond jangan menyerah untuk mendapat maaf P'Beam.. jika Phi bisa melewatinya, lambat laun P'Beam akan memaafkanmu..."

"Kau benar.. kalau begitu besok aku akan menemuinya di rumah sakit.."

"Jangan gegabah P'Pond.. baru saja aku katakan, dia akan sangat shock melihatmu.. itu terlalu cepat. P'Beam dan janinnya sangat lemah, jika Phi datang di waktu yang tidak tepat.. maka semuanya semakin runyam. P'Beam akan sangat membencimu.."

"Lalu kapan aku bisa bertemu dengannya??"

"Tunggu kabar dariku saja.. aku akan menghubungimu kalau P'Beam sudah 100% baik-baik saja.."

"Baiklah, aku turuti apa katamu.." balas Pangpond pasrah.

"Oh ya.. lalu kau sendiri kenapa memanggil Beam dengan sebutan Phi?? Sejak kapan?? Bukannya kau lebih tua dari Beam??"

Singto menggaruk rambut, merasa malu. "Kata Mae itu sudah aturan keluarga kalau ada gadis atau pria yang menikahi kakaknya harus memanggilnya Phi.."

Pernikahan YANG terpaksa (ForthBeam)Where stories live. Discover now