38. Kemurkaan sang adik

304 22 0
                                    

"Ada apa?" Tanya Wayo polos.

Forth menelisik wajah cantik dan imut didepannya itu, mencari kebohongan yang mungkin di rahasiakan.

Sebenarnya ada begitu banyak hal yang ingin pemuda tersebut tanyakan kepada pria manis di hadapannya. Tapi, entah mengapa satu-satunya kalimat yang bibirnya cetuskan hanyalah…

"Aku juga mencintaimu N'Yo.."

Dekapan hangat keduanya pun tak terelakkan lagi. Forth menghirup aroma yang menguar dari tubuh sang kekasih, atau mantan?

Forth masih ingat di dalam surat tersebut kalau Wayo memutuskannya, tapi dia sangat bersyukur karena kekasihnya masih kembali padanya.

Sekalipun Wayo telah pergi lama, namun dia kembali tetap seperti yang Forth ingat. Tapi kenapa, rasanya ada sesuatu yang berbeda. Entah apa, Forth sendiri tidak mengerti. Hatinya seolah kebingungan dengan apa yang terjadi. Tiba-tiba saja wajah sang istri terlintas di pikirannya. Dia merasa menjadi laki-laki paling brengsek sedunia.

"P'Forth… lihat apa yang ku bawakan.." Ujar Wayo antusias sembari melepaskan diri dari pelukan Forth dan menarik tas berukuran cukup besar yang disandarkan di tembok samping tangga.

Dengan sigap pria manis dan imut itu mengeluarkan barang-barang di dalam tas tersebut. Forth memperhatikan sambil bersedekap.

Karpet lipat berukuran kecil, tiga buah piring plastik kosong, satu kantong buah-buahan segar yang kemudian ditata di atas salah satu piring, dua gelas masing-masing berwarna biru dan merah, dan satu rantang kecil berisi makanan dan berbagai lauk lainnya yang Forth bersumpah itu semua adalah makanan favoritenya.

"Sejak kapan Nong menyiapkan semua ini?" Tanya Forth.

Tangan Wayo terhenti sekalipun tengah sibuk menata piknik kecilnya. Seulas senyum terpoles. Kemudian dipandangnya lekat-lekat pemuda berbadan tinggi tersebut.

Wayo berdiri, mendongak pada Forth yang jauh lebih tinggi darinya. Senyuman itu pun tak pernah absen menghiasi wajah cantiknya.

Sebelah tangannya meraih pipi sang pemuda, mata indah miliknya memandang dalam hingga tenggelam ke dalam iris tajam sang pemuda yang dicinta. Semua itu rasanya sudah cukup menggambarkan betapa besar cinta seorang Wayo terhadap Forth Jathurapoom.

"Phi pasti belum makan. Karena aku tahu, Phi adalah orang yang tidak pernah memikirkan diri sendiri ketika larut dalam pekerjaan. Benar kan?"

Forth mengangguk dengan senyum tipis. Wayo memang benar tapi tidak sepenuhnya. Forth belum mengisi perut karena sibuk memikirkan Beam sepanjang hari ini. Sibuk memikirkan bagaimana kondisi istrinya itu sekarang dan di mana dia tinggal. Bukan karena alasan seperti yang dipikirkan pria manis didepannya itu.

"Ayo kemarilah.." Wayo menggiring sang pemuda ke tempat yang telah disediakannya.

"P'Forth mau lauk yang mana? Ayam atau seafood?" Baru Forth hendak mengambil makanan yang dia inginkan, "Eh, jangan! Nanti tangan P'Forth kotor. Biar aku yang ambilkan. Oh Phi mau seafood, sudah kuduga. Ini kan favoritemu. Baiklah, ku ambilkan yang banyak untukmu. Ini aaa…"

"N'Yo,," Forth hendak protes ketika sendok dari tangan sang pria manis menghampiri mulutnya.

"Biarkan aku menyuapimu, seperti dulu. Ayolah, tidakkah P'Forth merindukan saat-saat itu? Sekarang buka mulutmu. Ayo, aaa."

Kali ini Forth tidak menepis. Dibiarkannya Wayo melakukan apapun sesukanya. Bahkan Wayo dengan iseng menyisipkan irisan buah-buahan ke dalam nasi milik Forth, tanpa sepengetahuan sang pemilik.

Sang pemuda langsung meneguk air putih untuk menetralisir rasa yang campur aduk.

"Kecut sekali.." tukas Forth jujur.

Pernikahan YANG terpaksa (ForthBeam)Where stories live. Discover now