15. Beam mencintaimu!!!

421 32 0
                                    

"Aku sudah selesai." Ketiga lainnya memandang piring kosong milik Forth.

'Cepat sekali' batin ketiganya.

Entah lapar, entah gerah, bisa jadi keduanya, Forth hanya ingin segera meninggalkan pasangan kasmaran yang sedang memadu kasih itu.

Beam yang jatahnya belum habis mempercepat gerakan sampai tersedak.

Laki-laki dengan kulit tannya reflek menyodorkan minuman. Adik ipar yang perhatian menurut penilaian Beam.

"Makannya pelan-pelan Phi. Jangan hiraukan P'Forth, biar P'Forth pulang bersamaku.."

Pemilik nama melirik.

"P'Forth pulang bersamamu?" tanya Beam.

"Iya.. Aku juga sudah selesai, tak masalah kan P'Beam, kalau ku titipkan N'Krist bersamamu?" sambung Singto.

Beam mengangguk mengiyakan, tak masalah baginya.

"Ah ide bagus, kakak ipar nanti bisa membantuku mencari souvernir." Putus Krist sepihak.

"P'Forth bisa sendiri? Perlu aku bantu?" niat baik tak selamanya dianggap baik.

Forth menepis.

"Jangan meremehkanku. Aku bisa sendiri.." tukas Forth.

Singto dan Forth pun beranjak dari restoran tersebut.

.

-o-

.

Kedua laki-laki duduk hening di dalam sedan hitam. Bosan dengan keheningan, siaran radio diputar oleh si pemilik kendaraan. Singto menyetel channel berisi curhat-curhatan.

"Tak disangka ya Phi, siaran ini masih mengudara hingga sekarang."

Senyum hangat terpoles di wajah si bungsu. Sementara pikiran si sulung menerawang pada beberapa tahun silam, di masa ketika dia dan adik-adiknya masih berstatus remaja SMA.

Gara-gara adiknya yang paling bandel -Pangpond tentu saja, Singto dan Forth sampai ikutan terseret dalam acara 'Curhatan Lima Menit' yang kini mereka dengarkan.

Forth hanya menggumam sebagai jawaban. Hening lagi-lagi tercipta. Singto melirik sang kakak lewat kaca depan.

"Masih memikirkan Wayo?"

Matanya tersentak. Dia tidak pernah lagi membahas Wayo dengan siapapun kecuali saat bersama Phana waktu itu. Tapi adiknya yang satu ini bisa dengan mudah membaca bebannya.

"Tebakanku benar kan Phi?" matanya melirik sekilas.

Forth memilih memusatkan atensi pada gedung-gedung di pinggir jalan sebagai pengalihan, enggan menjawab pertanyaan.

"Berhentilah mengharapkannya, Phi. Lihat apa yang terjadi padamu sekarang.." Tukas Singto sembari fokus pada kemudi.

Inginnya begitu. Tapi sarat kebosanan ketika dirinya hanya bisa mendekam di dalam apartement memaksa otak dan hati kecilnya berkhianat.

"Jangan ikut campur, urus saja pernikahanmu agar cepat selesai." Ketus Forth.

Singto hanya mengangkat sebelah tangan seolah berkata 'terserahlah'

"Oh Ya, bagaimana kondisi kakek Xinlang?"

Singto ingin jujur, kondisi kakeknya benar-benar tidak baik. Tapi dia tidak bisa mengatakannya sekarang.

"Begitulah... P'Forth sendiri, ada perkembangan dengan P'Beam?"

Decihan pelan terdengar. "Jangan mengalihkan pembicaraan.."

Pernikahan YANG terpaksa (ForthBeam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang