34. Menyerah

415 27 0
                                    

"P'Fort-mmpph…"

Rasanya panas. Sensasi yang timbul bagai kobaran api membara yang membakar jiwa. Bersilangan dengan bongkahan padat es hingga mencairkan eleginya. Tengkuk Beam sampai terasa sakit sebab Forth menariknya terlalu kuat.

Terhitung sudah tiga puluh detik jalinan bibir itu bertaut. Tanpa ada tanda-tanda pihak dominan akan menghentikan aktivitasnya. Forth seolah tak bosan untuk memagut, mengecup, hingga melumat ranum kemerahan milik sang istri.

Bibir Forth masih setia menginvasi rongga mulut Beam yang mulai kehabisan nafas. Dengan terpaksa Beam mendorong tubuh tegap Forth agar melepaskan ciumannya.

Plakkk!

Sang resesif mulai melancarkan aksi protes.

"Hahh!...hahh…!"

Kesempatan yang ada segera Beam gunakan untuk menghirup oksigen sebanyak mungkin. Bagaimana tidak? Satu menit bibirnya dikuasai oleh sang lawan tanpa dibiarkan sedikitpun menghirup udara segar. Tentu saja dia kehabisan nafas.

Sementara Forth? pikirannya sedang menerawang pada dua menit terakhir. Beam yang tetap memaksa pergi lalu dia halau hingga tanpa kendali laki-laki itu malah mencium paksa sang istri. Dan pada akhirnya, sebuah tamparan yang tidak terlalu keras tetapi cukup bertenaga menyadarkannya akan beberapa hal.

Satu, Forth sudah melanggar janjinya terhadap N'Wayo.

Dua, bibir Beam mungkin akan segera masuk ke dalam daftar tiga hal yang paling disukai oleh Forth Jathurapoom.

Tiga, pemuda itu semakin butuh jawaban kenapa dia melakukan ini semua.

Empat, sekalipun berstatus sebagai istrinya, pria cantik itu tetap merasa ketakutan saat Forth menciumnya.

Sekali lagi, mata tajam Forth dan mata milik Beam bertemu. Persis seperti di mimpinya beberapa malam lalu. Bedanya kali ini kedua pihak memilih berdiam seribu bahasa.

Beam mengalihkan pandangannya, bibir yang sedikit bengkak disentuhnya perlahan. Rasa sakit yang timbul tak dihiraukan. Beam termenung ketika menyadari ciuman keduanya baru saja direnggut.

Oleh suaminya sendiri.

Ekor mata besar Beam melirik sekali lagi. Menanti kalimat yang mungkin hendak dilontarkan oleh sang suami. Nihil, Forth masih setia dengan kebungkamannya.

Semakin lama, semakin merasa dipermainkan. Beam meraih koper yang sempat terlepas dari genggaman. Berjalan menuju pintu sembari menaruh secuil harapan bahwa Forth akan kembali menghentikannya.

Tapi, Beam salah. Sekali lagi Beam telah salah karena terlalu berharap. Pemuda itu masih diam di tempatnya, sedikitpun tak bergerak meski untuk menghalau pria yang baru saja begitu diinginkannya.

Beam memutar kenop pintu lalu membukanya, dan menampakkan sosok sang adik ipar.

"Ai'Beam… Kau mau ke mana? A-apa yang terjadi?"

Pangpond yang menguping dari balik pintu bukannya tidak paham akan permasalahan pasangan suami istri ini. Pemuda berkulit tan itu hanya terkejut melihat Beam yang tampak begitu…. berantakan, dan lagi saat melihat koper di tangan pria cantik itu. Pangpond menyimpulkan satu hal.

"Kau mau pulang ke rumah orang tuamu?"

Beam memandangnya dengan tatapan yang- Pangpond bersumpah, itu pandangan yang paling dibenci olehnya. Pandangan yang dihunuskan padanya saat pertama kali menemui Beam kembali.

Beam tak menghiraukan perkataan Pangpond, dia siap-siap melangkah tetapi di cegah oleh pemuda berkulit tan itu.

"Ai'Beam.. kau mau kemana??"

Pernikahan YANG terpaksa (ForthBeam)Where stories live. Discover now