36. Si Penelepon Misterius

294 21 0
                                    

Di dalam sebuah ruangan ber-AC yang luas. Forth duduk tenang seolah tak pernah ada masalah dalam hidupnya. Abaikan sejenak keluarga yang terus memaki dirinya di rumah tiga hari yang lalu.

Ayahnya sudah beberapa kali membentaknya karena sudah membuat Beam pergi dari rumah, apalagi ibunya yang menatap ke arahnya dengan tatapan kecewa. Lain lagi dengan kakeknya, kakek Xinlang sampai harus dilarikan ke rumah sakit karena jantungnya kambuh lagi.

Andai saja Forth bukan anak sulung yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap perusahaan. Mungkin dia sudah melarikan diri dari perusahaan. Tapi Forth bukan Pangpond yang suka semaunya. Dia professional, pekerjaan tetap pekerjaan. Masalah keluarga, sepertinya keluar dari rumah adalah jalan keluar yang sudah cukup tepat.

Forth mendorong sandaran kursi ke belakang. Hari ini jadwalnya cukup longgar. Tak banyak rapat penting yang perlu dia hadiri langsung, bisa menggunakan wakil. Ah, waktu yang tepat untuk sedikit menenangkan pikiran.

Drrt...drrrt

Getaran handphonenya mengembalikan Forth dari lamunan. Telepon genggam diraih. Tertera nama 'Kimmon' di sana.

"Kenapa tidak mengangkat telponku??" Ucap Forth datar.

"..."

Forth terdiam sejenak, memberikan kesempatan menjelaskan kepada si penelpon mengenai alasannya tidak mengangkat teleponnya 1 jam yang lalu.

"Ku tunggu di ruanganku. Kau akan tahu sebentar lagi"

Telepon ditutup. Forth melirik dan meraih seberkas map merah berisi file yang hendak dibicarakannya dengan Kimmon. Dibukanya map tersebut. Forth sudah hafal isinya. Sudah berkali-kali di lihat. Entah untuk apa.

Isinya yaitu...

Surat. Perceraian. Dirinya. Dan. Beam. Lengkap. Dengan. Tanda. Tangan. Keduanya. Di. Atas. Materai.

Berkas ditutup kembali. Batinnya kembali mengalami gejolak, dengan alasan yang sama sejak tiga hari yang lalu ketika Beam menandatangani surat itu dan memutuskan angkat kaki dari rumah. Gejolak itu semakin bergelombang, terutama saat Forth mengingat... ciuman pertama mereka.

Tok...tok...tok

"Masuk."

Kimmon segera menghadap sang atasan sekaligus temannya.

Tanpa bicara sepatah kata pun. Forth menyerahkan berkas itu pada Kimmon.

"Apa ini?" Kimmon bertanya tapi sepertinya percuma. Forth enggan menjelaskan, dan juga terlihat tidak keberatan bila Kimmon membukanya.

Kimmon membulatkan matanya terkejut.

"Kau? Kalian...benar-benar memutuskan bercerai?" Tanya Kimmon tak percaya.

"Hm."

Berkas diletakkan kembali ke atas meja. "Aku tidak percaya. Akan berjalan secepat ini.."

"Di situ sudah ada tanda tanganku dan Beam. Jadi aku yakin akan lebih mudah. Kau tinggal mengurus segala yang diperlukan." Titah Forth mutlak.

Tapi bukan Kimmon jika tidak menggoda Forth. Meski kali ini, dia akan mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Sebagai seorang teman, bukan atasan dan bawahan.

"Ai'Forth... ku rasa sebaiknya kau memikirkannya lagi.." Terang Kimmon yang sudah jelas terlihat enggan melihat perceraian temannya.

"Apa hakmu menasehatiku?" Tanya Forth tajam.

Forth sedang dalam sewot mode on rupanya. Kimmon tahu artinya ini waktu yang tidak tepat. Tapi, demi kebaikan sang sahabat. Kimmon rapopo alias tidak apa-apa.

Pernikahan YANG terpaksa (ForthBeam)Where stories live. Discover now