NARENDRA[51]

111K 11.8K 1.4K
                                    


★ ★ ★

"Sebenernya kita kesini ngapain sih?" Tanya Yansen bingung.

"Mendingan lo diem deh, ntar lo malah nge ganggu nenek nya Nalva" Bisik Candra.

Yansen dan Candra datang ke rumah Nalva atas suruhan Naren, selain untuk mengambil baju ganti Nalva, Yansen dan Candra juga di tugaskan untuk memberi makan Udin. Mengingat Martina yang masih duduk di kursi roda pasti sangat sulit untuk melakukan pekerjaan itu sendiri.

Naren menugaskan Yansen dan Candra karena laki-laki itu menyuruh Nalva untuk tetap di apartemen nya, awalnya Nalva menolak tetapi gadis itu juga tidak tega meninggalkan Naren sendiri.

"Bos nyusahin banget, segala nyuruh ngasi makan monyet, dikira gue pawang monyet apa?" Tanya Yansen kesal.

Candra menatap Yansen jahil. "Gue cepuin ke bos lo ye?" Candra menarik turunkan alisnya.

"Gak asik lo! Males temenan sama tukang cepu" Yansen berjalan menjauhi Candra.

Candra berjalan di belakang Yansen dengan tatapan usil. "Dih baperan amat!"

Yansen memasuki pekarangan rumah sederhana tersebut dan melihat seekor monyet yang diam di dalam kandang besi. Monyet tersebut melihat mereka berdua dengan tatapan lucu.

"HAHAHA MIRIP BANGET SAMA LO CAN!" Pekik Yansen membuat Candra ikut melihat monyet tersebut.

Candra mendekati kandang monyet tersebut dan tertawa kencang setelah melihat sebuah kertas di pintu kandang monyet itu.

"HAHAHAHAH INI MAH SAUDARA LO SEN! NAMA NYA AJA UDIN" Candra masih belum menghentikan tawanya.

"Gue gak ikutan ye, tapi nama monyetnya beneran Udin, anjir!" Pekik Candra masih dengan sisa tawanya.

Yansen berjalan mendekati Candra dan ikut membaca nickname yang di berikan Nalva pada monyet itu.

"Udin. Ini kan nama bapak gue Can!" Ujar Yansen.

"Ya makanya itu, jangan-jangan lo sama dia saudara Sen!" Kata Candra sambil menunjuk Udin.

"Diem lo!" Kesal Yansen.

Candra terus tertawa sampai suara tersebut berubah menjadi pekikan.

"Aw aduh, sakit anjir!" Pekik Candra kesakitan.

"Dasar maling, rasakan ini! Berani-beraninya kalian ingin mencuri monyet kesayangan cucu saya!" Martina terus memukuli Candra dengan gantungan jemuran yang ada di tangannya.

Tadi saat mengangkat jemuran Martina mendengar suara ribut yang muncul dari kandang Udin, dengan hati-hati wanita paruh baya itu memutar kursi rodanya dan mendapati dua pemuda yang berada di dekat kandang monyet itu.

Setelah puas memukuli Candra Martina beralih menatap Yansen tetapi laki-laki itu sudah terlebih dahulu berlari kebelakang Candra, alhasil pukulan tersebut kembali mengenai Candra.

"Nek, Nek ya Allah! Nenek salah paham! Kita berdua bukan maling, masa ganteng-ganteng gini di kata maling" Ujar Candra mencoba menjelaskan.

"Lantas sedang apa kalian di dekat monyet kesayangan cucu saya, hah?" Tanya Martina galak.

"Anu, kita ini temen nya Nalva Nek, kita di suruh ngasih makan monyetnya sekalian mau ngambil barang-barang Nalva" Jelas Yansen, laki-laki itu berjalan ke samping Candra.

"Loh? buat apa kalian mengambil barang-barang cucu saya? Kalian mau maling ya?" Tanya Martina bersiap melayang kan pukulan untuk kedua kalinya.

"Emang ada gitu maling bilang bilang dulu mau ngambil barang?" Tanya Candra pada dirinya sendiri.

NARENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang