NARENDRA[39]

115K 12.1K 699
                                    


°°°

Loren berjalan santai ke arah kelasnya, tapi kelasnya kosong tidak ada siapa-siapa, wajar saja ini masih jam 06.18. Artan mengajaknya berangkat pagi dengan alasan abangnya itu belum mengerjakannya pr, jadi harus menyontek di sekolah.

Loren menghela nafasnya kemudian mencoba menghidupkan saklar lampu kelasnya tapi saat Loren berjalan gadis itu mendengar suara decitan dari bangku belakang.

Loren mengangkat bahunya acuh sampai suara-suara aneh menyeruak telinganya. Loren memperhatikan keluar jendela, belum berlalu terang, karena ini masih pagi-pagi sekali. Loren ingin keluar kelas untuk menemui abangnya tetapi gadis itu tidak sadar pintu kelasnya sudah terkunci.

"Ini siapa yang kunci sih?" Kesal gadis itu. Loren terus berusaha membuka pintu tersebut sampai suara-suara menyeramkan lainnya membuatnya merinding.

"WOI GUE GEBUK LO YA! SIAPA SIH YANG KUNCIIN? LIAT AJA GUE GEDIK PALA LO!" Kata gadis itu mencoba memberanikan diri.

Loren hampir menangis karena ketakutan, gadis itu menyalakan senter ponselnya dan melihat kebelakang, karena sedari tadi dia merasa ada orang di belakangnya.

"Siapa disana?" Tanya Loren lantang.

Loren menutup matanya hingga lampu menyala dan manusia-manusia laknat itu pun menunjukkan wujudnya. Candra, Aji, Yansen keluar dari meja meja bagian belakang. Sedari tadi suara-suara itu berasal dari speaker yang di bawa oleh Candra.

Sedangkan Elio, Naren, Artan dan Nalva datang dari pintu sambil membawa donat donat buatan Nalva. Jumlahnya lumayan banyak tidak lupa juga mereka membeli lilin yang berangka 100 tahun.

Elio datang dan memeluk Loren yang masih kebingungan.

"Apaan sih lo semua? Garing tau gak?" Protes Loren yang masih berada di pelukan Elio.

"Kan bener gue bilang, bukan nya makasih malah ngatain garing" Kata Aji.

"Itu juga lilin nya kenapa angka seratus? Gue kan masih tujuh belas tahun!" Loren melepas pelukannya dan menghampiri Nalva yang membawa donat donat tersebut"

"Ide kak Candra, Loren" Ujar Nalva sebelum mendapat semprotan Loren karena lilin tersebut.

"Lo kira gue udah buyut hah?" Semprot Loren langsung ke arah Candra.

"Gak papa kali Ren, gue tadi milih nya asal karena buru-buru" Jawab Candra berbohong. Tentu saja dia sengaja.

"Bacot"

"Jangan marah-marah gitu, sini tiup lilinnya" Elio berjalan mendekat kearah Loren dan memegang pundak gadis itu.

Loren menatap Nalva sebentar sebelum akhirnya meniup lilin di atas kue donat itu.

"Rencana gue berhasil kan? Dia sampe ketakutan gitu" Ujar Candra bangga.

Loren menatap Candra tajam, yang di tatap hanya menyengir seolah tidak berdosa.

"Gue gak ketakutan ya!" Cecar Loren.

"Dih, orang gue liat lo mau nangis tadi" Kata Candra.

"Gue cuman panik" Balas Loren tidak terima.

"Panik apa takut?" Goda Candra.

Melihat Loren yang kini kesal bukan main, Elio menatap Candra tajam seolah mengisyaratkan agar laki-laki itu tidak lagi menggoda Loren. Bisa-bisa Loren benar-benar menggedik kepala Candra nanti.

"Selamat ulang tahun ya Loren" Ujar Nalva. Gadis itu memberikan kotak donat tersebut kepada Artan dan beralih memeluk Loren.

"Makasih, Nalva ku sayang" Balas Loren membalas pelukan Nalva.

NARENDRAWhere stories live. Discover now