•°AGATHA•°||PART 80

1.4K 94 27
                                    

Menunggu sebuah kepastian yang tidak pasti adalah sebuah seni menyakiti diri,tapi entah mengapa itu selalu saja ku ulangi.

_Author yang menggalau_

°

°

Mobil yang di kendarai oleh Kenzi berhenti di salah satu rumah sakit di kota Jerman,hal itu membuat Fariz bingung,mereka kan ingin menemui Agatha tapi kenapa malah ke rumah sakit.

"Kita ngapain kesini? Gue kan mau jumpa Agatha." Tanya Fariz pada Kenzi.

Kenzi menghentikan kegiatan membuka seltbet,"gak usah banyak tanya, mending Lo diam aja." Jawab Kenzi ketus.

Mau tidak mau Fariz kembali diam,nanti juga dia tau ngapain mereka akan kesini. Kedua laki-laki itu keluar dari mobil, Kenzi berjalan berdampingan melewati koridor-koridor rumah sakit yang menjadi salah satu rumah sakit terbaik di dunia.

"Taman?" Gumam Fariz saat mereka berhenti tepat di taman rumah sakit,mata Fariz menjelajah melihat-lihat sekitar taman tersebut. Sepi,itu lah yang terlintas di otak Fariz pertama kali saat melihat keadaan taman tersebut.

"Lo mau jumpa Agatha kan?" Tanya Kenzi tanpa melihat Fariz.

"Iya,"

"Sekarang,coba Lo lihat kedepan." suruh Kenzi pada Fariz. Laki-laki itu tampak mengikuti perkataan Kenzi.

"Apa yang Lo liat?"

"Cewek lagi duduk di kursi roda," ucap Fariz dengan polos.

"Coba Lo samperin." Suruh Kenzi sekali lagi.

"Gue samperin? Ogah gue kan mau jumpa sama Agatha." Ucap Fariz menolak mentah-mentah.

Kenzi berdecak,"coba Lo samperin anjing,batu kali sih di bilangin." Kesal Kenzi pada Fariz.

Mau tidak mau Fariz berjalan kedepan dengan ragu,sesekali dia melihat kebelakang dimana Kenzi masih berdiri. Saat sudah sampai tepat di belakang cewek tersebut,entah kenapa jantung Fariz berdetak lebih cepat.

"Makin lama,makin panas ya." Ucap gadis itu dengan pelan tetapi Fariz masih bisa mendengarnya.

Deg.

Suara itu?suara yang sangat Fariz kenal,suara yang selama ini Fariz cari-cari,suara yang sangat-sangat Fariz rindukan.

"Agatha," panggil Fariz spontan.

Gadis yang di panggil Agatha tadi langsung menyaut dan mencoba melihat kebelakang,dimana asal suara yang memanggilnya tadi.

"Kak Fariz," ucap Agatha kaget dan tidak percaya. Seketika air mata Agatha tumpah membasahi pipi tirusnya. Dia masih tidak percaya akan bertemu Fariz secepat ini.

"Kakak?" Panggil nya sekali lagi,entah kenapa sekelebat bayangan saat dua tahun lalu,dimana Fariz menyakiti dirinya kembali berputar di otaknya.

Fariz langsung berjalan kedepan Agatha, berjongkok di depan Agatha untuk menyamai tinggi Agatha. Saat kedua tangan Fariz mencoba menggenggam tangan Agatha, langsung di tepis oleh sang empu.

Kepala Agatha menggeleng dengan kuat,air mata semakin deras keluar,"kalo kedatangan kakak cuma mau menambah luka lebih baik kakak pergi,karena sudah enggak ada tempat lagi buat di sakiti." Ucap Agatha dengan bergetar.

AGATHA [END]Where stories live. Discover now