58. SATYA

701 100 84
                                    

°

°

°

°

Gue langsung bergegas menuju apartemen Jeslyn begitu tahu dia mengalami pendarahan. Perasaan khawatir dan cemas tidak bisa gue sembunyikan begitu saja. Bayangan keguguran yang terjadi pada Jovita kemarin tiba-tiba terlintas di otakku. Bagaimana nanti kalau Jeslyn keguguran juga? Apakah gue juga bakal kehilangan bayi gue sekali lagi?

Meski bayi itu ada karena sebuah kecelakaan dan tidak seharusnya ada di saat gue sudah memiliki Jovita, tapi tetap saja gue enggak mau terjadi sesuatu padanya. Enggak munafik kalau gue memang sudah mengharapkannya, meski cara ini enggak benar.

Ponsel gue kembali berkedip, pertanda ada pesan masuk. Buru-buru aku meraihnya dan membuka isinya. Jeslyn yang mengirim pesan.

Gue langsung memutar stir dan berbalik arah diiringi umpatan kasar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Gue langsung memutar stir dan berbalik arah diiringi umpatan kasar. Perasaan gue mendadak enggak enak saat tahu Kakek sudah berada di sana lebih dulu. Gue yakin pasti Kakek bakal ikut campur dan mengacaukan semuanya. Tidak cuma itu, gue pasti bakal di hajar beliau. Siap-siap bonyok nih.

Tapi dibanding khawatir kalau gue bakal dihajar Kakek, gue lebih khawatir kalau sampai Jovita tahu semua ini.

Ya Tuhan kenapa semua harus menjadi serumit ini?

Jovita pasti kecewa banget sama gue karena udah ninggalin dia begitu saja.
Gue akui, gue sendiri awalnya merasa ragu buat melakukan hal demikian, tapi apa mau dikata, gue nggak punya pilihan lain. Jeslyn tipe perempuan yang nekat, gue belum siap kalau Jovita sampai harus tahu tentang kebenaran ini. Gue bahkan berharap dia nggak perlu tahu tentang semua ini. Kalau saja malam itu gue tidak mabuk dan bertemu Jeslyn, gue rasa semuanya tidak akan pernah terjadi. Rumah tangga gue dan Jovita tidak akan jadi serumit ini.

Begitu gue sampai di rumah sakit, gue langsung bergegas menuju Nurse Station untuk menanyakan keberadaan Jeslyn. Ragu-ragu gue menghampiri bed, karena di sana ada Kakek dengan wajah marahnya.

"Dia nggak papa kan?"

Jeslyn mengangguk sambil tersenyum dan mengelus perutnya yang belum terlihat ketara.

BUGH!

Akhirnya gue mendapat pukulan itu. Sakit memang, tapi gue rasa pukulan ini nggak seberapa kalau dibandingkan dengan sakit yang bakal Jovita tanggung.

Sialan. Gue merasa sudut bibir gue sobek, dan benar saja saat gue merabanya, sudut bibir gue berdarah.

"Kakek!" pekik Jeslyn terkejut.

Beberapa orang yang ada di IGD tampak ikut terkejut juga dengan apa yang dilakukan Kakek. Hanya gue yang nggak terlalu kaget, gue sudah memprediksinya dari awal, hanya saja gue kaget kalau pukulan Kakek bakal sekeras ini hingga membuat gue tersungkur. Meski sudah jauh dari kata muda, tapi kekuatan Kakek dalam menghajar orang memang tidak pernah main-main. Kepada siapapun itu termasuk anak atau cucunya sendiri, baik itu gue maupun Mbak Mita, masing-masing kami jelas pernah merasakan pukulan beliau.

Marriage ExpressWhere stories live. Discover now