57. JOVITA

677 109 48
                                    

"Kenapa diem aja, Sat? Perempuan yang bernama Jeslyn lagi butuh kamu loh," ucapku menyindir Satya.

Aku bersedekap sambil menatap Satya, wajahnya berubah panik. Aku bersikap seolah-olah itu bukan masalah, meski nyatanya saat ini berbagai pertanyaan memenuhi otakku. Namun, kali ini aku tidak ingin memperlihatkannya. Aku tidak mau Satya terus-terusan melihat sisi lemahku.

Satya menggeleng cepat. "Sayang, aku bisa jelasin."

Masih bersikap seolah santai, aku kemudian mengangguk. "Oke, aku akan dengerin penjelasan kamu. Tapi saran aku lebih baik kamu segera temui perempuan itu, Sat. Sepertinya dia sangat butuh kehadiran kamu segera."

Satya berpikir sejenak lau mengangguk cepat. "Makasih, sayang." Buru-buru ia mencari mengganti celana pendeknya dengan celana panjang, ia kemudian memakai jaketnya, "aku usahain untuk tetap pulang, tapi aku nggak bisa janji. Kamu bisa langsung tidur habis ini. Aku pergi," sambungnya kemudian.

Demi Tuhan bukan ini yang aku inginkan.

"Aku sayang kamu," bisik Satya sambil mengecup keningku dan langsung bergegas keluar dari kamar.

Tubuhku masih mematung. Air mataku jatuh tanpa bisa kucegah. Sebelah tanganku reflek mengepal kuat. Aku marah dengan sikap Satya yang memilih langsung pergi begitu saja.

Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku?

Kenapa Satya lebih memilih perempuan itu?

Apa spesialnya perempuan itu sampai Satya tega melakukan ini padaku?

Siapa sebenernya Jeslyn itu? Dan ada hubungan apa mereka?

Aku yakin, aku pernah bertemu dengan perempuan itu. Tapi kenapa otakku sulit sekali mengingat di mana aku bertemu dengan perempuan itu?

Jae. Aku harus menelfonnya, siapa tahu dia mengenal perempuan itu.

Lama menunggu, akhirnya Jae menjawab panggilanku.

"Jae, ini gue."

"Iya, tahu. Kenapa, mau nanyain Satya? Udah, tenang aja, Satya pulang kok hari ini, tungguin aja. Mungkin lagi kejebak macet."

"Iya, dia udah pulang meski sekarang pergi lagi."

"Hah, pergi lagi? Kenapa? Ada masalah lagi sama pabrik?" Suara Jae terdengar terkejut.

Ada masalah pabrik lagi? Itu tandanya, sebelumnya sempat terjadi masalah dengan pabrik? Dan Satya tidak memberitahuku? Dianggap apa aku selama ini hingga Satya tidak pernah cerita soal itu.

"Jov? Lo masih di sana?"

Tubuhku memang masih di sini, tapi pikiranku entah sudah berkelana kemana.

"Pabrik pernah ada masalah apa, Jae?"

"Hah?"

Aku langsung mengambil posisi jongkok dan menutup wajahku. Frustasi tengah mendominasi perasaanku saat ini. Kenapa semua jadi seperti ini?

"Jovita?" panggil Jae ragu-ragu, "are you okay?"

Enggak. Jeritku dalam hati.

"Gue nggak tahu, Jae," isakku kemudian.

Terdengar suara decakan dari seberang. "Lo sekarang di mana? Di rumah kan? Gue jemput, ya?"

"Emang enggak ngerepotin?" tanyaku ragu-ragu.

Marriage ExpressWhere stories live. Discover now