19. JOVITA

686 123 10
                                    

Dewa : kamu ada waktu?

Aku tidak dapat menahan kerutan di dahiku saat membaca pesan dari Dewa. Aku berpikir sejenak. Memikirkan balasan apa yang harus kuketik. Namun, saat belum mendapatkan jawaban yang tepat, pesan dari Dewa kembali masuk.

Dewa : aku mau ketemu

Dewa : mau ngomong

Mau ngomong apaan dia? Kok perasaanku mendadak tidak enak. Ini si Satya udah ngomong tentang rencana pernikahan kami jangan-jangan, terus Dewa minta ketemuan mau ngeledekin aku karena menikah dengan teman segrupnya?

Ya, ampun, Wa. Niat banget lo?

"Duh, harus gue jawab apaan nih? Ketemu jangan, ya?"

"Apa gue nanya Satya dulu?"

"Eh, tapi ngapain gue nanya dia? Kan nggak ada urusannya juga sama dia, jadi suami aja belum masa udah dikit-dikit ngadu ke dia."

Aku kemudian menggeleng cepat, mengusir pikiranku sesaat tadi. Otakku sepertinya mulai eror setelah dilamar Satya pakai cincin berlian kemarin. Ini nggak bener.

Buru-buru aku mengetik balasan untuk Dewa.

Me : gampang, Wa, tinggal diatur. Lo maunya kapan gue ikut.

Me : btw, mau ngomong apaan emang?

Me : penting?

Tak butuh waktu lama, balasan dari Dewa langsung datang.

Dewa : besok sekitar setengah dua bisa?

Aku berpikir sejenak mengingat apakah memiliki janji jam segitu. Setelah dirasa tidak ada, aku langsung mengetik balasan.

Me : bisa. Apa sih yang nggak buat lo?

Me : 🤣🤣🤣🤣

Me : eh, ada deng

Dewa : apa?

Me : 💰💵💸💸💸

Me : cuan dong 🤣🤣🤣

Kali ini aku benar-benar terbahak saat mengetik balasan. Tidak sekedar tertawa melalui emoticon saja. Dewa sendiri tidak langsung membalas kali ini, ada jeda selama beberapa saat. Mungkin ia sedang mengerjakan hal lain atau mengobrol dengan anggota band lain.

Duh, otakku langsung berpikir liar membayangkan kalau nanti aku bakal jadi istri Satya gimana sikap Dewa kepadaku, ya? Soalnya, seingatku Dewa seperti begitu menghormati Satya. Entah karena Satya termasuk dari kalangan menengah ke atas atau bisa jadi gegara posisi Satya yang sebagai ketua grup. Atau bisa jadi gara-gara Dewa yang paling muda sih, jadi ia segan dengan Satya.

Dewa : aku jemput

Aku langsung menegakkan tubuhku saat membaca balasan dari Dewa. Hah? Jemput? Ngetik apaan ini orang?

Tanpa berpikir panjang, aku langsung menelfon Dewa.

"Enggak usah jemput, Wa. Gue ada motor, kita ketemuan aja langsung. Lo minta ketemuan di mana?"

Terdengar kekehan dari seberang. "Sebegitu nggak maunya kamu aku jemput. Kenapa takut pacarnya marah?"

Aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal. "Ya, bukan gitu maksud gue, Wa. Gue cuma nggak mau ngerepotin lo aja."

"Sama sekali nggak ngerepotin kok. Kamu tenang aja, shareloc aja, nanti aku jemput."

Aku panik.

Marriage ExpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang