47. JOVITA

830 125 47
                                    

Ibu Siti:
Kak, pulang ke rumah bisa gk?

Tanpa berpikir panjang aku langsung menelfon Ibu, begitu selesai membaca pesan yang beliau kirimkan. Perasaanku mendadak khawatir. Duh, semoga tidak ada apa-apa.

"Halo, Bu, assalamualaikum! Ada apa? Ibu sama Ayah sehat-sehat kan?"

"Wa'alaikumsalam, iya, Kak, Ibu sama Ayah sehat-sehat saja, alhamdulillah."

Perasaanku langsung lega. "Alhamdulillah, aku kirain Ibu atau Ayah lagi sakit atau gimana."

"Ayah sama Ibu sehat, tapi adikmu."

"Hah? Novi, Bu? Dia yang sakit?" tanyaku khawatir. 

"Siapa yang sakit?" tanya Satya tanpa suara, sambil menyodorkan tisu untuk mengusap bibirku yang terkena minyak bekas gorengan. Tak lama setelahnya ia kemudian menyerahkan es cendol. Katanya Satya tadi tiba-tiba ngidam pengen minum itu.

"Ibu. Nanti, Sat, taruh aja di meja dulu," tolakku sambil menunjuk ke arah meja.

Satya tidak menurut, ia malah menyedot minuman itu untuknya sendiri sambil menyandarkan punggungnya pada sofa. Namun, kepalanya ia sandarkan pada pundakku. Pandangannya fokus menatap lurus ke arah depan, menatap layar televisi yang sedang menyiarkan berita.

"Enggak, Novi juga sehat. Enggak tahu, Kak, putus katanya. Adikmu lagi galau, kamu kalau ada waktu luang main ke sini dong. Hibur adikmu itu. Pusing Ibu liatnya lama-lama, Kak."

"Hah? Putus?!" seruku sambil menurunkan kedua kakiku spontan.

Uhuk Uhuk Uhuk

Satya langsung tersedak karena pergerakanku yang secara tiba-tiba. Posisiku tadi sedang duduk bersila dan menyandar pada punggung sofa, sedangkan Satya masih betah menyandar pada pundakku.

"Astagfirullah, kaget, Jovita! Uhuk... uhuk... untung enggak tumpah minumannya," decaknya kesal. Ia melotot sebal dengan wajah memerahnya.

Aku meringis bersalah dan meminta maaf. Tanpa berpikur panjang aku langsung membenarkan posisi dudukku sambil mengelus punggung Satya, karena dia masih batuk sesekali.

"Suamimu lagi sakit, Kak?"

"Enggak, Bu, itu tadi cuma keselek makanya batuk-batuk."

"Oh, kirain. Berarti bisa ke rumah kan? Atau sini biar ibu yang ngomong sendiri sama suami kamu, kamu kasih hape kamu ke dia."

Aku kemudian menyodorkan ponselku pada Satya. "Ibu. Mau ngomong sama kamu katanya."

Satya kemudian berdehem sambil menerima ponselku. "Ya, Bu, assalamualikum."

"...."

"Iya, Bu, sehat kok. Satya sehat, Jovita juga sehat, Ibu tenang saja. Kita jaga kesehatan dengan baik."

"..."

"Iya, libur, Bu."

"...."

"Bisa, Bu, abis ini kita langsung ke rumah. Ibu mau ngomong lagi enggak sama Jovita?"

"...."

"Oh, iya, Bu, wa'allaikumsalam."

Satya langsung memberikan ponselku begitu sambungan terputus. Ia kemudian meraih minuman yang baru selesai ku minum. "Ibu minta kita ke rumah, kamu siap-siap, gih! Sekalian siapin baju buat ngantor besok, kayaknya ibu bakal nyuruh kita nginep deh."

Marriage ExpressOnde histórias criam vida. Descubra agora