tiga puluh sembilan. (DARENZA)

Start from the beginning
                                    

Kedua tangan Vi menggenggam satu tangan Darenza. Matanya terus berkedip melihat wajah pucat Darenza. Namun, tatapannya kosong.

Pintu ruangan terbuka, semua orang menoleh, kecuali Vi.

Yang datang adalah Afnan. Setelah bertos dengan teman-temannya yang berada di sofa, kini Afnan menghampiri brankar Darenza. Afnan memajukan kepalan tangannya ke depan Vi.

Vi bertos dengan Afnan.

"Gimana keadaannya?" tanya Afnan.

"Stabil. Tapi belom sadar juga," tutur Vi dengan suara sedikit serak.

Sehabis mendapat kabar lewat panggilan kalau Darenza masuk RS, ia tidak berbicara sama sekali. Sekarang suaranya jadi seperti tercekat saat menjawab pertanyaan Afnan.

"Sorry, gua baru dateng," ujar Fiona langsung menghampiri Vi.

"You okay?" Fiona menepuk sebelah pundak Vi.

Vi memegang tangan Fiona yang berada di pundaknya. Ia menoleh dan tersenyum. "Gapapa."

"Emm, lesu banget muka lu. Makan dulu, yuk. Gua bawa sarapan nih, pasti pada belum sempet makan, iya 'kan?" ucap Fiona.

"Gua ga lap--"

"Darenza belum bangun juga, ya?" tanya Fiona memotong ucapan Vi.

"Ayo dong, lo harus makan, Vi. Biar pas Darenza bangun, dia bisa liat wajah ceria lo. Bukan kayak gini yang lemes banget," cetus Fiona.

"Iyaaa, ini gua makan kok," ucap Vi bangun dari duduknya.

Fiona menggandeng tangan Vi dan dibawanya ke sofa yang berada teman-temannya.

🔥🔥🔥

Lagi asik-asik makan, Bondan notice ada pergerakan dari kepala Darenza.

"DARENZA UDAH BANGUN!" ujar Bondan.

Vi menghentikan makannya. Ia menoleh dan benar!

Vi langsung berlari menuju brankar Darenza.

"Gua susul dokter, ye!" Heboh Mahesa panik dan juga menarik Bondan untuk ikut bersamanya.

"Gunanya disediain tombol deket brankar buat apa, ya?" Fiona menggaruk kepalanya.

"Dodol emang pacar lu," ujar Adit.

Tak berselang lama...

Datanglah dokternya.

Dokter Rey, yang waktu itu juga menangani Vi saat tertembak. Beliau memberi aba-aba kepada perawatnya, lalu segera memeriksa Darenza.

Setelah Dokter Rey memeriksanya, Vi mengajukan pertanyaan berbondong.

"Gimana keadaannya? Ada yang parah? Apa udah bener-bener stabil?"

"Luka tusuknya lumayan dalam, namun karena cepat dibawa ke rumah sakit setelah kejadian, jadi sekarang stabil. Tapi tetap, kami akan selalu memantau pasien," jelas Dokter Rey.

"Oke. Siap, Dok. Terima kasih," sahut Mahesa.

"Ya, sudah. Saya pamit permisi dulu, kalian jangan ribut, ya?" pinta Dokter Rey.

Teman-teman Darenza mengangguk.

"Minum.." ujar Darenza pelan.

Vi dengan sigap memberi segelas air putih ke Darenza. Ia juga membantunya supaya Darenza minum dengan nyaman.

"Udah?" tanya Vi.

Darenza mengangguk.

"Bonyok gua ke mana?" tanya Darenza ketika semua teman-temannya mengerumuni brankarnya.

DARENZA [END]Where stories live. Discover now