46. UCAPAN SELAMAT TINGGAL

497 19 0
                                    

Tetap harus pergi meski dunia menghalangi keinginan yang sudah diputuskan.


_Arabella_


Satu hari sudah berlalu, kini Gaeza sedang berada di rumahnya, lebih tepatnya berada di dalam kamarnya. Membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur sembari menatap atap kamarnya. Kini pikiran lelaki itu benar-benar dipenuhi oleh Arabella. Ia belum mendapat kabar dari Arga tentang tempat tinggal dokter Raffi. Tak berapa lama dari itu, ponsel Gaeza bergetar karna panggilan telfon dan ternyata itu dari Arga.

"Halo Ga. Gimana?" Tanya Gaeza yang langsung duduk setelah mengangkat telfonnya.

"Za, gue dapet infonya. Alamat rumahnya ada di jalan Ampera nomor dua dan gue udah coba kesana tapi rumahnya kosong dan dikunci. Kata tetangga nya, dokter Raffi pergi dari dua hari yang lalu karna ada tugas. Tapi dia gak tau pergi kemana." Jelas Arga.

"Kok bisa? Kata bi Arnes Ara di bawa kerumahnya dokter Raffi. Kalo mereka gak ada di sana, terus mereka kemana?"

"Atau mungkin dokter Raffi punya rumah lain. Atau juga mungkin rumah lain punya keluarga nya Ara? Tapi emang kondisi terakhir yang lo tau tentang Ara gimana Za?"

"Bi Arnes bilang kalo Ara baik-baik aja. Tapi gue gak bisa tenang kalo belum mastiin secara langsung."

"Yaudah lo tunggu aja beberapa hari lagi Za. Nanti lo coba dateng lagi kerumah Ara. Sekarang lo gak usah terlalu khawatir." Ponsel Gaeza kembali bergetar karna ada panggilan telfon dan ternyata itu dari Husain, ayah Gaeza.

"Yaudah kalo gitu gue tutup dulu telfonnya, bokap gue telfon."

"Oke." Telfon pun terputus dan Gaeza langsung mengangkat telfon dari Husain.

"Halo sayang." Ucap Husain setelah Gaeza mengangkat telfonnya. Gaeza sangat merindukan kata-kata perhatian seperti itu dari orang tuanya. Namun rasa muak nya lebih besar daripada rasa rindunya. Karna kata perhatian yang keluar dari mulut orang tuanya hanyalah kata yang memiliki alasan dibaliknya.

"Kenapa? Gaeza sibuk, gak punya banyak waktu."

"Papah denger katanya mamah kamu mau jodohin kamu sama Ayla. Kamu setuju?"

"Ayla sama aku itu cuma sahabat. Dan aku udah punya pacar. Mamah juga udah tau itu dan Ayla sama aku juga udah tolak perjodohan itu. Sampe kapan pun aku sama Ayla gak akan pernah jalin hubungan lebih dari sahabat. Gak akan."

"Oke, papah ngerti maksud kamu. Papah juga gak maksa kamu untuk terima Ayla. Kamu gak usah mikirin mamah kamu yang egois itu, biarin dia mau ngapain. Kalo mamah kamu terus paksa kamu kamu bilang ke papah."

"Egois? Papah bilang mamah egois? Papah gak sadar diri? Kalian itu sama-sama egois. Jadi gak usah saling menyalahkan."

"Papah sibuk karna kerja untuk kalian semua. Papah kepala rumah tangga yang punya tanggung jawab besar. Harusnya mamah kamu jadi ibu rumah tangga yang baik. Papah cuma mau mamah kamu urus kamu dirumah dan disaat papah pulang, papah bisa liat kalian berdua dirumah. Tapi apa? Mamah kamu gak mau kalah dan malah milih bersaing sama papah. Kamu jadi gak bisa dapet perhatian dari kita berdua."

"Yaudah lah pah gak usah dibahas. Lagian semuanya udah terjadi dan Gaeza males bahas ini. Kalo papah cuma mau bahas ini, mending Gaeza tutup telfonnya, karna Gaeza masih punya urusan lain."

"Oke, maaf, maaf, papah gak akan bikin kamu bete karna bahas ini. Za, papah ada kabar baik untuk kamu, sekaligus penawaran untuk kamu. Temen papah punya bisnis baru, bisnis khusus untuk para pemuda. Namanya GERAKAN PEMUDA, banyak kegiatan di dalemnya. Ada pembahasan tentang bisnis perusahaan, ada kegiatan balap motor secara resmi, ada gerakan sosial di lingkungan dan masih banyak lagi. Temen papah lagi cari orang untuk dijadiin ketua penyelenggaraan nya. Lagian ini bagus juga kan untuk temen-temen kamu, daripada nongkrong doang. Mereka jadi ada kegiatan positif dan mereka juga udah bisa berpenghasilan. Pasti orang tua mereka juga bangga sama mereka. Gimana? Kamu mau?"

GARA √Where stories live. Discover now