9. KEBENARAN YANG MENGEJUTKAN

742 33 0
                                    

Ternyata di balik kematian selalu menyimpan misteri. Misteri yang dapat membuat kesedihan sendiri bagi yang ditinggalkan.


_Gaeza_

Arabella langsung mematikan ponselnya dan melempar ke sofa sebelahnya. Arabella menyandarkan tubuhnya di sofa sembari memejamkan matanya mencoba untuk merileksasi tubuhnya yang beberapa hari belakangan ini terasa lelah dan tidak terkontrol. Dengan masalah yang terus mengancamnya, ditambah dengan Gaeza yang menyatakan perasaannya pada Arabella, membuat perasaan gadis itu tak karuan.

Tak berapa lama dari itu, ponsel Arabella kembali berdering yang membuatnya menghela nafas kasar, karena Arabella pikir yang menelfonnya lagi adalah Gaeza. Saat melihat ponselnya, Arabella membulatkan matanya sempurna karna nama yang tertera di ponselnya adalah 'Papah'. Ternyata yang menelfonnya adalah Ayahnya, seketika Arabella langsung beranjak dari duduknya.

"Halo Pah?" Ucap Arabella yang terlihat sedikit panik.

"Halo sayang. Papah mau tanya, apa bener kemaren malem kamu gak pulang kerumah?" Suara berat terdengar di sebrang sana. Seketika membuat Arabella panik saat ditanya seperti itu. Mengapa ayahnya bisa tahu kalau dirinya tidak pulang, sudah jelas siapa lagi yang memberitahu kalau bukan bodyguard.

"E--i--iya Pah. Ara kemaren gak pulang karna ngerjain tugas dirumah Fefey."

"Anjir kaki gue sakit banget. Lo sih bego, pake diangkat-angkat segala tuh duren. Jadi jatoh nimpa kaki gue kan?" Suara dari luar rumah mpok Mineh terdengar tidak asing dan semakin mendekat.

"Ya gue kaget njir, disenggol bocah dari belakang." Balas lelaki yang lain. Ternyata itu adalah suara Biyan dan Cakra. Biyan berjalan sedikit pincang karna kakinya terasa sakit. Saat mereka berdua sudah berada di ambang pintu yang terbuka, mereka dikejutkan dengan keberadaan Arabella disana yang sedang berdiri sembari menerima telfon.

"Arabella?" Ucap Biyan dan Cakra berbarengan yang membuat Arabella menoleh. "Lo kok ad--" Belum sempat Biyan menyelesaikan kalimatnya, Arabella mengangkat setengah tangannya sebagai kode agar kedua lelaki itu diam sejenak karena ia sedang menerima telfon penting. Biyan dan Cakra yang mengerti kode yang diberikan Arabella pun langsung terdiam dan berjalan untuk duduk di sofa.

"Papah tau kamu bohong sayang. Kamu gak pulang karna menghindar dari mantan bajingan kamu itu kan? Kemaren malam dia dateng kerumah." Benar dugaan Arabella kalau mantannya itu benar-benar datang kerumahnya. Untung saja gadis itu lebih memilih menginap dirumah Gaeza meski terpaksa. "Papah khawatir banget sama kamu sayang. Kalo kaya gini caranya, mending kamu pindah kesini biar ada yang jagain kamu disini dan kamu bisa bebas dari anak bajingan itu."

"Pah... Papah kan udah janji sama Ara, kalo Ara belajarnya rajin, terus gak nakal lagi, papah gak akan minta Ara kesana. Kenapa sekarang papah malah ingkar janji?" Ucapan Arabella membuat Biyan dan Cakra saling bertatapan diakhiri dengan gelengan kepala tak mengerti.

"Tapi sayang, papah gak bisa tenang disini karna papah terus kepikiran kamu. Yaudah gini aja, papah akan rekrut dua bodyguard lagi untuk temenin kamu kemana-mana. Tapi kalo itu masih belum bisa bikin anak bajingan itu jera, maaf sayang, papah gak bisa kasih toleransi lagi. Kamu harus pindah ke New York, karna papah gak mau ambil resiko. Yaudah, papah cuma mau bilang itu, papah mau meeting dulu. Kamu jaga diri baik-baik, jangan lupa makan. Love you more baby."

"Love you more too." Sambungan telfon pun terputus. Arabella menghela nafas berat sembari berjalan mundur sampai mentok pada dinding dan Arabella terduduk lemas.

GARA √Where stories live. Discover now