EXTRA CHAPTER: Hector's Reset

212 42 0
                                    

[Edited]

[EPISODE 24 CHAPTER 2]

| H E C T O R |

3 tahun yang lalu…

Kota Prometheus, Zona Proximateus, Lapangan Militer, Musim Panas, 17 Juli 2070, pukul 10.00.

Hari itu, secara khusus, pemerintah Proximateus tengah mengadakan upacara kenaikan pangkat beberapa perwira di lapangan luas.

Di tengah teriknya matahari pagi yang mengandung vitamin D, berbarislah beberapa tentara dengan seragam yang melekat di tubuh-tubuh tinggi dan tegap, termasuk diriku yang kini menjadi salah satu di antara para perwira-perwira tersebut.

Kuangkat tangan kananku hingga menyentuh alis. Hormat kepada bendera.

Setelahnya, suara pemimpin dari upacara agung tersebut berseru, untuk semua pasukan agar segera hormat kepada para perwira tingkat pertama dan menengah yang baru saja dilantik.

Aku berbalik, menghadap ke arah Petinggi Militer. Aku pun berseru dengan tegas. Menyebut namaku sendiri beserta pangkat yang saat ini kusandang.

Sang pria—yang pangkatnya lebih tinggi—turun dari atas podium, seraya menempelkan sebuah lencana kepangkatan yang baru untuk untukku yang kini tengah berdiri tegak di hadapannya.

“Selamat,” ujar pria itu.

Dan ya, hal itu tidak berlangsung lama.

Usai pria itu membagikan lencana-lencana pangkat itu kepada orang-orang yang berdiri sejajar denganku, upacara pun mencapai tahap akhirnya.

Cahaya matahari yang mulai meninggi, menandakan bahwa sudah seharusnya upacara selesai dilaksanakan.

Aku dan para pasukan lainnya bubar, bersiap untuk beristirahat di kediaman masing-masing.

“Hei, Tuan Mayor.”

Sebuah suara membuatku yang semulanya berniat untuk berjalan menuju ke lapangan lantas berhenti, lalu berbalik. Demi menjumpai siapa yang memanggil barusan.

Di sana, telah berdiri seorang gadis cantik dengan rambut bergelombang layaknya ombak. Di sisi rambutnya, terjepitlah sebuah jepit rambut berbentuk bunga matahari.

Gadis itu tersenyum dengan manis sembari di tangannya telah terpegang sebuah paperbag putih.

“Mau merayakannya bersama adikmu yang cantik ini, hm?”

Aku pun mengembangkan senyum lebarku  begitu melihat gadis dengan senyum secerah matahari itu, Giezelle Grant.

***

Empat hari yang lalu…

“Ekspedisi Monteros?” tanya Raché, ketika kini kami berempat sedang berkumpul di tempat santai dekat lapangan. Siapa lagi jika bukan Raché, Hunter dan pacarnya yang baru jadian tadi siang, Jane, dan tentunya diriku sendiri.

Hunter mengangguk.

“Petinggi Militer tadi baru saja membuka relawan ke sana.”

Aku bergeming.

“Aey, kalian ini sangat mengada-ngada. Banyak yang bilang tidak ada yang kembali setelah datang ke kota itu!” ujar Jane, berbicara seperti seorang tukang gosip. “Semuanya berubah menjadi monster.”

Mendengar ucapan bernada histeris itu, Raché seketika mengubah ekspresi wajahnya menjadi takut.

“Aaarggh!” erang Jane, dengan mata melotot tajam. Seraya tubuhnya ia angkat, menakuti setiap orang yang duduk di sana.

“Groaah!”

“Aaah!” seru Raché ketika Jane mendekatkan wajah ke arahnya.

“Raaar!” Lalu gadis itu beralih pada Hunter yang duduk di sampingnya.

“Aey!” seru Hunter kaget.

“Groaaar!” raung Jane, beralih kepadaku yang—saking tidak beruntungnya—duduk tepat di depannya.

Tapi sayangnya, aku tidak sama sekali terkejut. Membuat Jane lantas stagnan di tempat. Bahkan ekspresi laki-laki itu hanya menunjukkan raut datar.

Gadis berjedai itu mencebik lalu duduk kembali. Haha.

“Cuih.”

“Pembuat huru-hara,” cicitku pelan.

“Apa?!” seru Jane.

“Tidak,” balasku singkat.

“Aih!”

“Ahh, sudahlah, Jane,” lerai Hunter.

Bagus, Hunter. Kau benar-benar ceroboh bisa berpacaran dengan psikopat Jane.

“Pokoknya, aku tidak mau kita ikut!” seru gadis itu. Merebahkan kepalanya ke lengan Hunter. Cih.

“Aku juga tidak mau ikut jika Letnan Jane tidak ikut,” ucap Raché.

“Lalu bagaimana denganmu, Hector?” tanya Hunter ke arahku.

“Eh?” Aku mengangkat wajah. “Kupikirkan nanti.”

***

Namaku terdaftar.

Terdaftar sebagai relawan yang akan pergi ke Monteros dua hari lagi. Bersama dengan ketiga puluh tujuh nama lainnya, termasuk Raché, Hunter dan juga psikopatnya—ehm, maksudku, pacarnya, si Crystal Jane.

“Harusnya, pada saat itulah aku berangkat ke kota itu. Namun…”

“Giezelle ingin menemuimu, Kapten,” ujar Danior. Wajahnya suram, sementara auranya terpancar sebuah kegelapan tiada ujung. “Untuk kali terakhir.”

“Dan ya... aku tidak berangkat ke sana. Demi menghadiri pemakaman adikku untuk yang terakhir kalinya.”

Flashback off.

Air mataku jatuh tatkala lencana itu terpasang sempurna di seragamku. Semua pasukan hormat ke arahku, ke arahku yang kini telah dilantik menjadi deretan Petinggi Militer yang baru. Ini yang ingin kaulihat, Giezelle, adikku. Kurasa kau sudah melihatnya.

“Dan di sinilah aku berada. Berdiri di tengah lapangan kemiliteran Proximateus...”

“Hei, Tuan Mayor.”

Aku berbalik. Giezelle berdiri di sana dengan senyum cerahnya.

“Mau merayakannya bersama adikmu yang cantik ini, hm?” tanyanya.

Senyumku mengembang perlahan.
Aku pun melangkah ke arah gadis itu.

Brrssh!

Senyumku masih tidak pudar. Kini aku mencapainya. Tapi sosok Giezelle kini tergantikan oleh sosok gadis berseragam tentara dengan sebuah paperbag putih yang teracung ke arahku. Dialah Amelia Wintana. My fiancee, uhm... what do you think?

Kami pun berjalan bersisian, berjalan untuk mencari tempat untuk kami bisa bersama.

Sementara di belakang sana. Dua buah helikopter terbang tinggi di langit. Perlahan pergi meninggalkan Sektor 2. Merekalah relawan yang ditugaskan untuk pergi ke kota itu. Kota Monteros.

Ditulis: Kamis, 09 September 2021, pukul 21.50 PM.
Dipublikasikan: today, Sabtu, 20 Agustus 2022, pukul 22.32 PM.

Reseeeeetttt😭👐reset oh reset~

Ini part di mana seandainya Hector nggak pergi ke Monteros dan memilih untuk tinggal meskipun namanya terdaftar di relawan ekspedisi terus menghadiri upacara pelantikan❤

Nightmarenya kalo itu terjadi, possibility... Hector won't know Jane, won't meet Lunar and Skylar. And of course, they wouldn't all know each other.

Btw, Amelia~

Bye.

MONTEROS: CITY OF SILENCE [√]Where stories live. Discover now