Episode 13 [01] : The Collapse of a Trust

166 53 1
                                    

[Edited]

[EPISODE 13 CHAPTER 1]

| J A N E |

"Apa?" tanyaku.

Kini kami—aku, Hector dan tentu saja Lunar—sudah berada di kamarku dan Lunar. Duduk melingkar dengan ekspresi serius yang tampak tidak keren sekali.

Tanpa si menyebalkan Skylar, tentunya.

Meuriz? Anak itu sedang berbaring di belakang kami. Tertidur. Syukurlah demamnya sudah turun sejak beberapa jam lalu.

"Kenapa kau harus percaya omongan stresnya si youngest?!" lanjutku berteriak. "Itu ujaran kebencian, Lunar, Hector!"

Lunar memicing. "Aku tidak mengatakan kalau aku mendukungnya, Jane. Aku hanya ingin kita mempertimbangkan keputusan kita untuk menetap di sini tiga hari lagi."

"Kenapa itu harus dipikirkan?"

"Kita sudah terlalu lama di sini. Lagi pula Meuriz juga sudah hampir sembuh," imbuh Hector.

"Hm. Hector ada benarnya," timpal Lunar.

"Kau," ucapku menatap laki-laki dingin itu. "Penyakit kronismu itu belum sembuh! Bagaimana jika kau mati di tengah jalan?!"

"Biasa saja."

"Biasa saja? Jawaban apa itu?!" teriakku. Hei, aku ini sedang dalam mode yang benar-benar sensitif, tahu. Ya-kau-tahulah-apa-yang-kumaksud.

"Tidak akan," ralatnya. "Baiklah. Besok pagi kita akan pergi dari sini."

"Kau yakin tidak apa?" tanya Lunar. "Rona wajahmu sangat pucat."

"I'm fine."

"Selalu begitu. Ketika misi di Sektor 4 juga seperti itu jawabanmu!" ketusku.

Yang disindir malah melengos. Ck, si dingin itu.

"Baiklah, silakan bersiap-siap. Aku akan memberitahu Skylar," ucap Hector segera bangkit dan keluar dari kamar.

"Kak."

Kak?

Owh, kata panggilan itu benar-benar mengagetkan. Aku dan Lunar refleks menoleh ke belakang.

"Kenapa, Meuriz?" tanyaku. Kulihat anak itu sudah sepenuhnya duduk.

"Aku melihatnya," ucap Meuriz tiba-tiba dengan pandangan kosong. "Ibu sebentar lagi menjemputku."

Apa?

"Ibu?" tanya Lunar.

Anak itu pun sejenak langsung mengalihkan pandangannya ke arah Lunar, "Ibuku."

***

"Oh, kalian pergi sekarang?" tanya Ariyuna. Kulihat di sampingnya sudah ada Arthur dan Aruna yang menatap dingin ke arah kami.

Ck, dasar makhluk-makhluk menyebalkan itu.

"Ah, ya," sahutku sembari mengeratkan busur panah yang terpasang apik di punggung kiriku.

MONTEROS: CITY OF SILENCE [√]Where stories live. Discover now