Episode 2 [02] : Fight Against Monsters

402 124 58
                                    

[Edited]

[EPISODE 2 CHAPTER 2]

| S K Y L A R |

Aku tak tahu mengapa tadi aku sempat berpikir bahwa Tuhan sangat baik padaku karena memberiku uang dengan mudah.

Seandainya aku tahu akan sesulit dan semengerikan ini, mungkin aku takkan memuji Tuhan, mengatakan bahwa Dia maha baik.

Nyatanya jalan yang kutempuh sangatlah mengerikan dan tidak masuk akal.

Aku tidak munafik mengatakan bahwa aku penakut dan pecundang.

Tapi memang beginilah adanya. Aku takut berhadapan dengan hal-hal yang dapat mengakibatkan luka di tubuhku, meskipun segores.

Aku terlalu takut terhadap sesuatu yang mengerikan. Apabila ada yang berinisiatif bertanya padaku, “Jika kau berada di dalam suatu kelompok yang bertarung demi perdamaian, maka di manakah kau akan berada?”

Yeah, tentu saja aku akan menjawab dengan tegas bahwa aku akan berada di kubu paling belakang.

Kubu paling aman, yang dilindungi dan tak tersentuh hal-hal mengerikan, benda tajam serta hanya menjadi pengikut yang menurut pada pemimpin yang terpercaya. Yeah, that’s me.

Mungkin sebagian dari kalian akan menggolongkanku dalam barisan ‘orang-orang yang tidak berguna’. Silakan, aku tidak peduli.

Bahkan selama delapan belas tahun aku hidup, tak pernah sekalipun tebersit di dalam benakku untuk menjadi seorang pemberani yang selalu bertarung di garda terdepan.

Tidak pernah sama sekali.

Tapi hari ini berbeda. Tuhan mengeluarkanku dari zona aman yang kubuat.

Dia menawarkan neraka yang dikemas apik dalam bentuk penawaran besar-besaran yang membuatku jatuh dalam sekali pihak.

Neraka Monteros.

Monster-monster dalam wujud tidak masuk akal itu terus bermunculan dari sudut gelap di depanku.

Tak ada yang bisa kulakukan selain berlindung di belakang gadis yang mengatakan dirinya Lunar itu.

Semuanya cukup membuat shock dan trauma dalam saat yang bersamaan.

Desingan peluru dan combat Lunar yang menusuki monster-monster gesit itu terus menggelora di ruangan gelap ini.

Darah bermuncratan ke sana-sini, mengenai lantai, dinding, bahkan mengenai baju yang kami kenakan. Bau darah merah kehitaman itu menguar.

Menusuk hidungku dan kembali membuat isi perutku bergejolak.

Lunar terus memundurkan tubuhnya dan membuat tubuhku semakin terapit ke dinding.

Terus kucengkeram belakang bajunya dan membiarkan gadis itu bertarung seorang diri.

Yeah, sekali lagi, kubiarkan kalian mengatakan bahwa aku adalah pecundang berengsek yang tidak berguna.

Karena realita juga mengatakan seperti itu. Jadi, tidak ada gunanya untuk menampik hal yang memang benar adanya. Aku adalah seorang pecundang.

Kulihat Lunar tampak sudah sangat kepayahan. Terlihat dari lengannya yang terus bergantian memegang senjata. Gadis itu terus termundur.

Kali ini telak, punggungku sepenuhnya membentur dinding.

Aku melebarkan mataku lebih lebar kali ini. Monster-monster itu semakin banyak.

Jantungku tak pernah berhenti bertalu-talu sejak tadi, sehingga suara serak Lunar yang semakin mengacaukan irama jantungku terdengar, “Hei. Ayo pergi dari sini!” sembari tangan berlumur darah dan lendirnya meraih kerah belakang bajuku dan menarikku menuju jendela yang kacanya masih tersisa setengah tersebut.

MONTEROS: CITY OF SILENCE [√]Where stories live. Discover now