Episode 15 [03] : The Punishment

167 54 2
                                    

[Edited]

[EPISODE 15 CHAPTER 3]

| T H E  A U T H O R |

Plak!

"Turunkan wajahmu, jalang!" teriak Adela sembari menampar wajah Lunar yang sudah babak belur berkat dihajar oleh sekumpulan anggota Amorphous tersebut.

Kini kondisinya benar-benar mengenaskan.

Saksinya adalah Ariyuna yang kini duduk dengan santai di sudut ruangan sembari menjilat permennya.

Orang yang memberikan informasi valid mengenai siapa pembuka gerbang itu. Yeah, sejujurnya gadis itu mengatakan yang sejujurnya.

Akibatnya, kini Lunar harus menghadapinya.

"Jangan menatapku seperti itu!" gertak Adela sekali lagi sembari menodongkan sebuah pisau ke arah mata kiri gadis sembilan belas tahun itu dengan mata melototnya.

"Cukup, Adela," tandas Sarah, menghentikan tindak tanduk Adela yang benar-benar brutal terhadap sesama wanita.

Sarah pun berjongkok seraya menyejajarkan wajahnya dengan wajah gadis cantik itu dan menatapnya lekat-lekat.

"Kau pasti mengingat perkataanku kemarin. Ah, bukan, peringatanku." Sarah mulai berkata. "Setiap usaha kalian di sini merupakan sebuah kesalahan. Maka akan dibayarkan dengan satu nyawa teman kalian, kan?"

Lunar seketika kalap. "Kumohon! Kumohon! Jangan mengganggu teman-temanku! Aku saja! Bunuh aku saja!" rengeknya sembari berusaha memberontak di balik kedua tali yang mengungkung tangannya.

Sarah bergeming dalam sorotnya yang dingin.

"Benarkah? Haruskah aku membunuhmu?"

Lunar meneguk ludah. M-membunuhnya? "Y-ya."

Sejenak terjadi keheningan di ruangan itu.

"Tapi kami tidak pernah melanggar sumpah dan janji kami." Sarah tersenyum tulus yang lantas membuat Lunar seketika mendongak.

"Kumohon... kumohon! Aku berjanji takkan berusaha lagi!" mohon gadis itu dengan nada super memohon yang benar-benar menyedihkan.

Lunar tahu, ini semua kesalahannya.

Yeah, ia tidak mau membiarkan teman-temannya terluka akibat kesalahannya yang benar-benar fatal seperti ini.

Ia mengaku, ia bodoh dan gegabah. Memercayai perkataan Adela dan Aruna begitu saja.

Tapi ia tidak bisa menyangkal bahwa apa pun yang ada di sini, kebohongan maupun kejujuran memiliki batas yang sangat tipis.
Yang bahkan ia saja sulit untuk membedakan mana yang jujur dan mana yang bohong.

Seperti realita dan ekspektasi.

Namun ini sangat-sangat tipis.

Sementara tak jauh di sana, di dalam ruangan yang sama, Ariyuna duduk bersandar seraya menggoyang-goyangkan kakinya, masih dengan permen yang ia jilat.

Seorang laki-laki berambut cepak tiba-tiba menghampiri gadis itu lalu duduk di sampingnya tanpa berkata-kata.

"Kau menikmatinya?" tanya Arthur seraya menatap kedua insan—Sarah dan Lunar—yang tampak sedang berbicara dalam kondisi yang berbeda.

Ariyuna menjilat permennya.

Tanpa menatap sang penanya, ia pun menjawab, "Menurutmu?"

"Menurutku?" tanya Arthur seraya menatap Ariyuna dengan kening berkerut.

Menyadari ekspresi lawan bicaranya yang tampak bingung akibat pertanyaan balik darinya itu, gadis berkepang itupun mengangkat dagunya, menunjuk keberadaan kedua sosok gadis 2A tersebut yang berada di sisi kanan Sarah—Ibunya. "Lihatlah kedua psikopat itu."

MONTEROS: CITY OF SILENCE [√]Where stories live. Discover now