EXTRA CHAPTER: Jane's Reset

172 34 8
                                    

[Edited]

[EPISODE 24 CHAPTER 1]

| J A N E |

3 tahun yang lalu…

Kota Prometheus, Zona Proximateus, Asrama, Musim Panas, 21 Juli 2070, pukul 06.00.

Aku membuka kedua mataku.

“Haah… haah… haah…”

Anehnya, aku memimpikan diriku sendiri tengah bermimpi di dalam mimpi.

Nit! Nit! Nit!

Kulirik jam weker yang berada di atas nakas, lalu mengambilnya dan segera mematikannya hingga tak terdengar lagi suara bising itu.

Aku pun menurunkan kedua kakiku seraya memasang sandal.

Mendadak, senyumku merekah. Apa? Aku dan si dingin Hector itu pergi ke Monteros dan berjuang bersama melawan monster-monster mengerikan itu? Hahaha, konyol sekali.

Sampai kapan pun aku takkan pernah berangkat ke kota itu meskipun para petinggi itu terus memaksaku. Persetan.

Aku pun bangkit. Kujepitkan jedai merahku ke rambut ombre merah kusut yang sudah tidak kusiram air selama tiga hari.

Begitu tanganku hendak meraih kenop pintu, sebuah suara tertangkap indera pendengaranku.

“Jangan beritahu siapa pun, kumohon.”

Aku stagnan di balik pintu. Penasaran akan itu, aku pun mendorong sedikit pintu kamarku dan mengintip keluar.

Tampak di sana ada dua orang laki-laki dan perempuan sedang berhadapan. Raut wajah mereka tampak serius.

“Aku takut hubungan ini akan terendus siapa pun.” Itu ucap dari sang gadis.

Mendengar itu, aku lantas mengerutkan kening. Oh, hei. Adegan ini terlihat sangat familier. Seperti déjà vu. Seolah-olah aku pernah mengalaminya.

Ya… sangat persis. Hanya saja, dalam kondisi yang berbeda.

Kedua orang bucin itu pun melenggang. Dengan gelengan maklum, aku pun segera melangkah keluar.

“Dor!”

“Goddamn!” kagetku refleks begitu seseorang tiba-tiba mengagetkanku. Ia pun tertawa terbahak-bahak setelah membuat jantungku hampir meloncat turun ke bawah.

Dasar Anna Gris.

“Push up seribu kali!” seruku kesal.

“Aey, Letnan. Upps, maksudku, Kapten. Jangan seperti itu padaku, ya? Kau mau mandi? Aku punya shampo model terbaru. Kau mau sedikit?” rayunya sembari sok-sokan merangkul pundakku. Hei, dasar gadis lancang.

“Tidak perlu,” ketusku.

“Kau gengsi, ya? Kalau begitu aku akan memberimu setengah. Persiapkan wadah shampomu, aku akan membaginya khusus denganmu.”

Aku memberengut.

“Tidak perlu, anak nakal!” seruku.

“Cih, dasar gengsian. Sudahlah, aku mandi duluaaaaan….!” Refleksnya sembari berlari secepat mungkin meninggalkanku.

“Oh, hei!” teriakku. “Gris! Gris!”

Aku pun tersenyum mesem. Dasar tidak sopan.

“Kapten? Haha, ya. Aku adalah kapten sekarang. Ini hari ketigaku menjadi seorang kapten. Dan juga, ini adalah hari ketiga untuk para relawan yang akan pergi ke Monteros…”

MONTEROS: CITY OF SILENCE [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang