Episode 21 [03] : Come to the Epicenter

180 50 3
                                    

[Edited]

[EPISODE 21 CHAPTER 3]

| S K Y L A R |

Aku baru saja kembali dari luar dengan sekantung makanan berbagai jenis yang kujarah dari beberapa toko serba ada.

Kuganjal kembali pintu itu menggunakan palang besi lalu berbalik untuk membaginya dengan Lunar.

Tapi siapa sangka, begitu aku membalikkan tubuh, sebuah pisau meluncur bebas ke arahku.

Alhasil, dengan refleks yang cukup cepat, aku pun menghindar ke samping.

Di sana, sudah berdiri seorang Lunar dengan mata hitamnya serta  tali yang sudah sepenuhnya putus dari tubuhnya.

Groaar...

Sementara di belakangnya, telah bergerombol puluhan mutan yang jika diperkirakan maka berjumlah dua puluh tujuh. Yang dapat dipastikan lagi bahwa itu cukup memenuhi ruangan kecil ini.

Shit.

Mereka menggeram ke arahku. Anehnya, mereka tidak menyerang Lunar. Kenapa?

Groaar...

"Lunar," cekatku refleks seraya menempelkan tubuh ke pintu. Sial, Lunar yang kemarin kembali lagi.

Tanpa kuduga, mutan-mutan itu segera berlari ke arahku dengan gerakan cepat. Harusnya aku tidak bersuara tadi.

Begitu tubuh-tubuh itu sudah sampai di hadapanku, aku pun segera saja mengeluarkan tenagaku yang seadanya. Tanpa senjata.

Sial seribu sial.

Groaar!

Satu mutan langsung kutendang begitu ia mencoba mendekat. Kutarik palang besi yang semulanya bertengger di pegangan pintu dan mengarahkannya ke arah mutan-mutan itu.

Menusuknya, memukulnya, dan segala hal yang tiada habisnya hingga membuatku lantas kewalahan.

Aku harus keluar dari sini.

Segera saja kuputar kenop tersebut namun...

"Aaargh!" jeritku begitu sebuah pisau melayang dan menggores pergelangan tanganku.

Melihatku, Lunar menyunggingkan senyum miringnya. Sialnya.

Kupukulkan batangan besi itu seraya mencabut pisau yang menempel di pintu lalu menancapkannya di tubuh-tubuh mutan itu dengan gerakan cepat.

Aku terengah-engah dengan lelah.

"Kau lelah? Huh? Berhenti." Lunar berkata dengan nada tertawa kecil. Hal itu lantas membuat mutan-mutan itu berhenti menyerangku.

What the hell?

Gadis itu pun melangkahkan kakinya maju ke arahku.

"Jika kau hanya ingin menghalangiku, tidakkah sebaiknya kau ENYAH!"

Aku terperangah ketika Lunar dengan cepat merebut batangan besi itu dari tanganku lalu melemparnya hingga berhasil menembus kaca etalase.

Ia berhenti melangkah. Saat ini kakinya sudah berada tepat di depanku.

"Kau hanya pengganggu. Apa untungnya mencegahku untuk membunuh kedua penghianat itu?"

"Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan itu," tukasku bernada dingin.

"Really? I wanna change the world. I wanna kill YOU!!!" tekan Lunar di ucapannya yang terakhir sebelum ia tarik kaos hitamku dengan kencang dan melemparku ke arah jendela.

MONTEROS: CITY OF SILENCE [√]Where stories live. Discover now