dua puluh sembilan. (DARENZA)

Start from the beginning
                                    

🔥🔥🔥

Keadaan hati sedang kacau-kacaunya, ini butuh pelarian.

Daripada berbuat yang tidak-tidak, Darenza lebih milih melampiaskannya ke samsak. Jadi di sinilah sekarang Darenza berada.

Ia duduk di bangku kosong yang tersedia. Menunggu gilirannya bertanding di atas ring tinju.

Darenza memakai celana hitam pendek yang dipadukan kaos tanktop pria dan sebelum memakai headband, Darenza menyugar rambutnya terlebih dahulu. Belum bertanding, dirinya sudah berkeringat saja.

Sebelum bahunya ditepuk seseorang untuk memberitahu dirinya segera bertanding, Darenza melilitkan tangannya dengan sebuah kain putih.

"Good luck, bro." ucap sang lawan. "Lawan lo..." ia mengedipkan sebelah matanya.

Darenza mengernyit. Sebelum ia ingin bertanya lebih, lawannya sudah mendorong bahunya.

Di atas ring, Darenza mulai memakai sarung tinjunya. Dan saat itu naiklah lawan duelnya.

Darenza mendongak. "Fuck! Jangan bilang..."

Lawannya yang sudah memakai helm tinju terpaksa membukanya saat merasa tangannya ditarik oleh seseorang.

Darenza membawa lawannya turun dari ring.

"Eh, lo siapa? Lepasin anj--"

Darenza membalikkan badannya. Dan kini gantian, lawannya yang speechless. Ia menunjuk Darenza. "Kok...?"

"Vi? Ini tempat tinju umum?"

Vi mengangguk.

Darenza melepas headband yang menempel di kepalanya. Lalu ia mengacak-acak rambutnya. "Damn!"

"Yang khusus cowok di sebelah?"

Vi mengangguk lagi.

"Jadi gua salah masuk?"

Vi menggeleng ragu.

Karena ia juga tak paham kenapa Darenza bisa sampai di sini.

"Ck." Darenza berdecak kesal lalu membalikkan badan, ingin keluar dari sini namun lengannya ditahan oleh Vi.

"Ayolah! Kapan lagi duel sama gue," ucap Vi memberi senyum lebar.

Darenza yang melihatnya malah memutar bola matanya.

"Gak tertarik." Darenza ingin melangkah tapi ditarik lagi.

"Please, gua butuh duit, jangan dibatalin kalo ini batal gue harus nunggu minggu depan." Vi mengucapkan kalimat itu dalam satu tarikan napas dan matanya yang terpejam.

"Buka mata lo," titah Darenza.

Vi perlahan membuka matanya.

"Lepas,"

Vi bingung, apa maksud lepas yang Darenza ucapkan.

Tatapan Darenza mengarah ke lengannya. Vi mengikuti arah tatapan Darenza. Dan seketika itu juga tersadar lalu langsung melepaskan. "So-sorry." ucapnya kikuk.

DARENZA [END]Where stories live. Discover now