|58| Final

26.1K 3.5K 1.4K
                                    

Chapter 58 : Final
....

Jangan lupa vote ❤️

Gak usah takut buat voment di cerita ini 😊

Vote = aman dari ghosting 🐑

...

Cerita ini kan baru ganti cover dan judul, kalian masih inget nggak? Kalo iya, letak ingetnya dimana?

Kasih awan ☁️☁️☁️

Oke, makasih.

Happy Reading ✨

••••

"Final = akhir?"

•BINAR STORY•

Cowok yang tidur tanpa baju itu mulai membuka matanya, mengerjapkannya berkali-kali, sesekali menyipit karena sinar matahari yang masuk lewat sela-sela jendela memantul tepat di bola matanya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Cowok yang tidur tanpa baju itu mulai membuka matanya, mengerjapkannya berkali-kali, sesekali menyipit karena sinar matahari yang masuk lewat sela-sela jendela memantul tepat di bola matanya. Dengan keadaan yang masih sedikit pusing, ia menumpukan kedua tangan dan bangkit dari posisi tidur. Mata coklatnya dibawa menoleh kiri kanan, namun tak mendapati sosok yang dicari.

"Gue ngapain? Ruru mana?" bingungnya. Ternyata bukan Alter Ego saja yang membuat lupa, mabuk pun juga bisa membuatnya lupa segalanya.

"SAYANG... KAMU DIMANA?" pekiknya dari atas tempat tidur. Tubuhnya terasa lemas dan sulit untuk berdiri.

CEKLEK

"Udah mabuknya?" Aru berdiri didepan pintu dengan dua tangan yang bersedekap di depan dada.

Cowok itu menggaruk pelipis yang diterjuni poni rambut, berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. "Kamu tau?" ucapnya setelah ingat botol-botol wiski yang sudah ia teguk semalam.

"Huh, Abin! Kamu tuh ya... Ihhh!!!" kesal Aru sampai-sampai giginya saling tempur didalam sana.

Dengan kondisi kepala yang masih pening, Abin berusaha berdiri, menyusul Aru yang sedang berdiri diambang pintu. "Aku ngapain tadi malem?" tanyanya.

Aru menghela napas kasar. "K-kamu mabuk dan mau—"

"Ah udahlah Bin, mendingan kamu mandi terus sarapan!" Aru balik badan mengarah keluar. Tidak ingin memberi tahu kalau suaminya itu ingin melakukan pemerkosaan terhadapnya.

Eh, ralat. Mereka kan sudah halal.

"Sayang, tunggu dulu," teriak Abin menahan langkah Aru. Wanita itu menoleh. "Kenapa?"

"Mandiin."

"Ogah!"

"Kamu gak boleh gitu, aku ulangtahun kemaren, tapi kamu gak ngucapin apa-apa dan gak ngasih hadiah kan?"

BINAR Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt