|2| Lamaran

74.9K 9.1K 921
                                    

Chapter 2 : Lamaran

....

Tetap vote dan komen meski part selanjutnya sudah ada ^^
....

Hai... Senang berjumpa kembali 👋🏻

Cerita ini punya emot khusus nih... Ini emotnya ☁️

Hayuk kasih awan kamu ke Abin dan teman-teman 👏🏻

Oke, makasih.

Happy Reading ✨

•••

"Apapun keputusan orang tua, mungkin itu yang terbaik."

•Arunika Ziereline Dya•

Kedua manik Arunika terbelalak kaget saat mengetahui siapa tamu yang datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kedua manik Arunika terbelalak kaget saat mengetahui siapa tamu yang datang. Abin adalah berandalan di sekolahnya, dia juga sekelas dengan Aru. Keterkejutan Aru bertambah saat Abin membawa rombongan layaknya prosesi lamaran adat Jawa.

Cowok yang terkenal urakan itu mengenakan batik Alisan yang dipadukan dengan celana dasar hitam. Tak lupa jam tangan mahal juga melekat pada pergelangan tangannya. Sebelum ke rumah Aru, Susi membawa Abin ke salon dan memakaikannya pakaian selayaknya orang yang hendak datang untuk melamar gadis Jawa.

Tak henti-hentinya Aru terheran-heran. Setelah berpikir cukup keras, ia baru menyadari kalau Miranda memakaikannya kebaya khas Jawa berwarna biru muda. Aru paham di waktu apa gadis-gadis Jawa memakai kebaya itu.

"Gue mau dilamar?" batin Aru. Sebelumnya memang tidak ada persetujuan atau pembicaraan apapun, makanya dia bingung.

Miranda menggandeng Aru untuk duduk di kursi tamu. Abin dan keluarga juga sudah duduk terlebih dulu.

"Dia siapa ya? Kayak pernah liat." Abin memandang Aru dari ujung kaki sampai ujung kepala. Namun, ia tak ingat gadis itu siapa lantaran terlalu sering menghuni ruang BK daripada ruang kelas.

Aru duduk tanpa kenyamanan di sana, hati dan perasaannya memberikan kode tidak enak.

"Selamat datang di rumah kami, Bu!" sambut Karyo dengan senyum tulus.

Susi juga membalas senyum yang demikian. "Terima kasih, Pak."

Rombongan keluarga Abin membawa seserahan masuk ke ruang tamu itu.

"Jadi, kedatangan kami kemari karena ingin melamar putri Bapak untuk putra semata wayang saya ini," kata Susi seraya menyerahkan simbolisasi seserahan.

BINAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang