Bagaimana rasanya menikah saat SMA, terlebih dengan dia yang punya diri kedua?
Cuplikan :
"Kita buat sejarah baru, ujian akhir sambil bawa bayi kembar tiga, mau?" kata Abin memandang intens wajah Aru, istrinya.
Abin itu humoris bahkan receh di kep...
Sebelum itu hidupkan data seluler kamu lalu tekan bintangnya, komen juga 🤩
Kasih awan juga buat semuanya ☁️
Sudah?
Oke, makasih.
Happy Reading ✨
•••
"Amankan jantungmu dengan memandangku."
•BINAR STORY•
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Masih di hari yang sama dan seremonial yang sama, upacara—Abin mengajak Aru ke UKS. Semua anggota PMR sedang sibuk menangani siswi-siswi kelas X yang kesurupan, jadi harus Abin sendiri yang turun tangan membantu Aru. Fyi, walaupun sekolah elit, tak jarang siswanya kesurupan masal saat upacara, terlebih yang perempuan. Konon, dahulu ada salah satu siswi yang bunuh diri di samping sekolah. Kabarnya mendiang siswi itu masih ada di sekitaran sekolah. Mendengar kenyataan tersebut, apa bulu kuduk aman?
Abin menepuk brankar UKS. "Rebahan disini."
"Gue ke kelas aja, gak mau disini." Aru melepas rangkulan Abin walau jelas masih sempoyongan.
Sebenarnya bukan apa-apa, Aru takut kalau darah halangannya tembus lagi dan mengotori brankar yang ber-seprai putih. Seakan tahu apa yang Aru khawatirkan, Abin membuka jasnya dan menaruh jas hitam itu di atas kasur sebagai alas tidur untuk Aru.
"Mau digendong baru naik?" kata Abin menatap Aru yang masih setia memegangi perut.
"Bisa sendiri gue, makasih...."
Aru naik ke brankar itu dan berbaring. Perutnya yang masih saja sakit sangat menggangu keseharian, bahkan saat kelas XI dulu Aru pernah pingsan tiga kali dalam sehari saat sedang halangan. Ah... Sulit sekali menjadi perempuan (?)