Arjuna mengeluarkan beberapa buku dan berkas-berkas layaknya pengacara pada umumnya. Dia sedang berlagak hebat dengan polisi yang mengawasinya diluar kaca jendela. Polisi tidak akan mendengar percakapan mereka berdua, namun tingkah laku Arjuna tidak boleh sampai membuat polisi curiga.

Karena disini beberapa polisi berada dipihak Ranty, Arjuna harus waspada terhadap siapapun yang ada di kantor polisi ini. Ranty memang cerdas dan selalu membuat rencana dengan matang, namun balik lagi, Nayya serta Arjuna memiliki seribu satu cara untuk melawan Ranty.

"Pak pengacara pasti utusan dari Ranty, bukan?" tanya pak sutono.

"benar. Pak Sutono pelaku penabrakan seorang wanita dipersimpangan jalan, 'kan?" jawab Juna lalu dia menaikkan kacamatanya—properti penyamaran—.

"iya, kenapa mesti segala diperjelas lagi ...." gumam pak Sutono.

"iya, pak?" tanya Juna tampak pura-pura tidak dengar.

"ah ... Enggak."

"pak Sutono. Harap melihat ke arah laptop tanpa membuat ekspresi yang membuat polisi curiga." perintah Juna, lalu Juna memposisikan laptopnya agak sedikit miring supaya polisi tidak dapat melihat apa yang ada disana.

"ayah ... Tolong jujur aja yang sebenarnya ... Hiks ... Fiko takut banget ayah ...."

"s-sakit ... Om itu mukulin Fiko ... Hiks ..."

"Akhhhhh, jangan s-sakiti saya lagi, saya mohon! Kyaaaaaa!"

"ibuuu!! Ibu!!! Om jangan pukul ibu!!"

"ayah ... Tolong ibu, ibu dipukulin ayah!"

"t-tunggu, apa ini?!" ucap pak Sutono dengan wajah yang marah.

Pihak polisi yang menyadari itu tampak curiga dan ingin masuk ke ruangan mereka.

"saya sudah bilang jangan ada ekspresi. Kalau anda tidak bisa menjaga wajah anda, anak dan istri anda akan mati hari ini." kata Juna dengan penekanan.

Pak Sutono tampak mencoba meredamkan amarahnya, dia mengisyaratkan polisi bahwa dirinya baik-baik saja dan polisi tidak usah memasuki ruangan mereka.

"kenapa, kenapa anak dan istri saya terseret? Mereka tidak bersalah!" ucap pak Sutono.

"siapa kamu sebenarnya?! Ranty tidak pernah membicarakan hal ini, kamu bukan utusan Ranty, 'kan? Jawab!" kata pak Sutono lagi.

"hadeuh ... Pak, pak. Dibilangin susah banget sih suruh jangan pakai ekspresi. Pengen istri sama anaknya cepat mati ya??" ucap Juna dengan menepukkan jidatnya.

"katakan sekarang, apa maumu?"

"ceritakan yang sebenarnya sekarang, akui bahwa bapak disuruh oleh Ranty untuk menabrak wanita itu, bukan?" kata Arjuna.

"saya yang menabraknya! Tidak ada suruhan, itu hanyalah perbuatan tidak sengaja."

"pffftt ... Lalu kenapa daritadi anda selalu menyebut nama Ranty? Kenal darimana anda dengan dia?"

"i-itu ...."

"katakan yang sebenarnya atau bapak tidak akan pernah melihat anak istri anda lagi!"

R¹ : R E S E T.  [END] ✔️Where stories live. Discover now