Yohan melepaskan pelukannya, "intinya gue berterimakasih, kita harus menangin olimpiade ini karena ibu gue dateng buat nonton. Gue yakin kita bisa bekerja sama dengan baik, lo harus semangat supaya gue juga semangat ya, Nay."

"O-o ... Oke." jawabku dengan canggung.

Sesi pertama dalam olimpiade ini pun dimulai. Aku akan menjelaskan sedikit tentang pertandingan olimpiade hari ini. Akan ada 3 sesi, sesi pertama adalah mencari huruf yang hilang untuk menyusunnya menjadi sebuah kata. Sesi kedua adalah perdebatan sesuai hukum untuk membicarakan tema kasus kemanusiaan nantinya. Sesi ketiga adalah kuiz lisan yang pernah dilakukan saat seleksi olimpiade. Seluruh poin akan digabungkan berdasarkan tiga sesi tersebut, tim dengan poin tertinggi sudah pasti akan menduduki juara pertama.

Sesi pertama ini akan mencari huruf yang hilang dari sebuah kata istilah atau kata spesial dari setiap pelajaran anak IPS. Sebuah dering pertandingan dimulai. Total 37 tim dari perwakilan sekolah berbeda bersiap untuk menerima teka-teki pertama dari layar monitor.

1. _ _ d _ _ r

Semua tim menuliskan setiap huruf yang hilang dilayar tab mereka, dan akan langsung dikirimkan ketika jawaban sudah dipastikan benar oleh peserta. Penjawab tercepat tentu saja mendapat poin tambahan.

Setelah waktu habis, secara otomatis jawaban akan terkirim dengan sendirinya. Setelah menunggu 30 detik, sebuah jawaban benar muncul dilayar monitor.

1. L E D G E R

Peserta yang merasa menjawab dengan benar bersorak gembira. Tentu saja aku juga ikut bersorak karena aku menjawab dengan benar. Yohan juga ikut bersorak walaupun dia sedikit terlambat mengirimkan jawaban.

Setelah 6 soal teka-teki dikeluarkan, dan dijeda 5 menit beristirahat, semua tim kembali bertanding untuk memulai pertandingan sesi kedua. Kali ini dibagi 2 tim melawan 2 tim. Aku dan Yohan bergabung dengan satu tim yang berasal dari sekolah madrasah. Kami dikumpulkan dalam satu meja bundar untuk berdebat dengan alibi kami masing-masing dan tentu saja berdasarkan undang-undang yang ada di Indonesia.

Tema kasus kali ini adalah "PEMBUNUHAN SEORANG SUAMI TERHADAP SELINGKUHAN ISTRINYA."

perdebatan berlangsung 20 menit, tim kami kedapatan menjadi seorang jaksa penuntut bagi sang suami. Sedangkan tim lawan berperan sebagai pengacara pembela dari korban pembunuhan tersebut. Kami saling mendebatkan opini kami masing-masing, perdebatan berjalan cukup panas kali ini. Lawanku bukanlah lawan yang biasa, dua tim yang disatukan itu sama-sama kuat.

Untung saja Yohan sangat berperan besar disesi kedua kali ini, Yohan benar-benar mampu membalikkan keadaan dan membuat lawan terpojok. Terlebih lagi setiap undang-undang yang ia hapalkan dengan baik membuat lawan membungkam mulut mereka. Sepertinya Yohan memang sudah cocok sekali menjadi Jaksa.

Sesi ketiga dimulai setelah 10 menit beristirahat. Kuiz lisan dimulai dengan 2 bahasa, bahasa mandarin dan bahasa melayu. Materinya random, alias tidak dikasih sebuah clue pelajaran disini.

-oO0Oo-

Waktu pengumuman pun datang setelah menunggu 3 jam perhitungan poin dari juri. Seluruh peserta yaitu 37 tim berkumpul ditengah lapangan stadion untuk menunggu para pemenang dibacakan. Seluruh penonton yang disana sudah berteriak ramai menyemangati jagoan mereka masing-masing. Aku melirik Yohan yang sedang melambaikan tangan sembari tersenyum kepada ibunya.

Rasanya sangat iri melihat Yohan bisa ditonton oleh ibunya, aku juga ingin merasakan sensasi seperti itu. Tidak ada keluarga yang benar-benar kandung menontonku sekarang, hanya ibu Nayya yang hadir saja untuk menyemangati anaknya yang sebenarnya bukan anaknya ini.

Rasanya aku ingin sekali ayah menonton, tapi apa daya, ayah tidak ada disini. Aku ingin sesosok ayah dimasa depan datang kesini untuk melihat putri hebatnya bertanding, tapi itu mustahil yang bahkan ayah dimasa sekarang pun tak ikut hadir disini.

"Salam pintar semuanya, saya yakin seluruh penonton serta tiga puluh tujuh tim disini sedang menantikan pengumuman dari dewan juri. Ditangan saya sudah ada 3 tim dari sekolah yang berbeda. Saya ingatkan lagi untuk juara utama dalam olimpiade ini mendapat hadiah beasiswa ke Harvard University." ucap sang pembicara dibalik bilik seperti orang sedang berkampanye.

Saat aku menunggu dipinggir panggung stadion dekat penonton, tiba-tiba saja Dira berlari ke arahku sembari memanggil namaku berkali-kali. Sempat awalnya aku abaikan karena takut dianggap tidak beretika dalam olimpiade ini. Namun Dira seakan tidak menyerah untuk menyampaikan sesuatu kepadaku.

Dengan langkah sembunyi-sembunyi aku mencoba merespon Dira.

"apa sih?" tanyaku dengan kesal.

"Angga!" jawab dia dengan wajah yang pucat.

"kenapa?"

"Angga meninggal. Bunuh diri."

Deg!










***

R¹ : R E S E T.  [END] ✔️Where stories live. Discover now