enam belas. (DARENZA)

242 79 13
                                    

HAPPY READING!

.
.
.

"Lo pulang naik apa?" tanya Vi menoleh.

"Naik ojol." singkat Darenza sambil melepas seat belt.

"Oke." ucap Vi mengangguk.

Darenza mengacak rambut Vi. "Yaudah gua balik."

Vi lagi-lagi mengangguk. Darenza membuka pintu mobil lalu keluar tapi pas sampai di luar ia tetap memegang pintunya dan menyembulkan kepalanya sedikit ke dalam. "Jangan sedih lagi." Darenza memberikan senyum termanisnya ke Vi.

Perlahan Darenza menutup pintu mobilnya dan pergi dari sana.

Vi hanya tersenyum sekilas lalu ia beralih duduk ke bangku pengemudi dan tancap gas memasuki mobilnya ke dalam garasi rumah.

"Assalamualaikum." ujar Vi saat langkah kakinya sampai di dalam rumah.

"Bagus ya! Pulang sekolah zuhur, nyampe rumahnya magrib." ujar Warren(papi Vi) sembari bersedekap dada.

Vi menghentikan langkah kakinya dan menoleh sekilas ke papi-nya. "Ada urusan tadi trus pulangnya kejebak macet." jawab Vi acuh.

"Alesan! Bilang aja kamu habis kelayapan dari mana-mana."

"Terserah." Vi memutar bola matanya.

"Vi! Kamu ini perempuan, bisa gak sih jaga tingkah dikit." ujar Warren sambil menunjuk Vi.

Vi menghadap sang papi, "Mangkanya beliin motor biar pulang ke rumah tepat waktu." ujar Vi santai.

"Itu terus kamu yang dipinta, pokoknya gak bol--"

Ucapan Warren dipotong Vi, "Kalo naik motor bisa nyelip-nyelip tapi kalo mobil? Lagi macet cuma bisa ngejogrok aja di situ."

"Kamu ngejawab aja yaa!"

"Lagian Vi gak mungkin tuh ugal-ugalan naik motor di jalan. Masih tau cara berkendara yang baik kali. Haha." Vi tersenyum sinis.

"Papi tuh sayang sama kamu,"

"Cih, apa tadi dia bilang? Sayang? Haha, bullshit." batin Vi menertawakan.

"Papi gak mau kamu bawa motor karena itu bahaya, sayang. Intinya sampai kapan pun papi gak akan beliin kamu motor, titik!" tegas Warren.

"Kalo kata gak boleh terus diucap lalu beraninya kapan?" gumam Vi.

"Vi ke atas." ujar Vi meninggalkan Warren.

Di tengah jalan menuju kamarnya, Ilmira(mami Vi) datang menghampiri Vi sambil membawa gelas kaca yang berisi air putih. "Abis dari mana aja kamu!?"

"Abis dari--"

DUK...

Ilmira menyenggol sesuatu dan menyebabkannya sedikit oleng.

PRANG....

Gelas yang dipegang Ilmira terlempar dan melukai lengan Vi.

Vi adalah orang yang cepat refleks saat ada benda yang mau menimpanya, ia akan menjadikan lengannya sebagai penutup wajah untuk melindungi. Gerakan itu benar-benar otomatis begitu saja. Vi juga bingung umur berapa ia jadi seperti itu. Vi sangat takut benda apa pun itu mengenai kepalanya.

Warren dari ruang tamu cepat-cepat berlari menghampiri kejadian.

"Ada apa ini?" tanya Warren terkejut.

Vi tak menjawab sama sekali, ia berlari menuju kamarnya. Lalu mengunci pintu dan Vi bersandar di balik pintu itu.

Ia menunduk dan pecahlah tangisnya tiba-tiba. "Hiks... Hiks... Isi dalem rumah kan lempeng-lempeng aja ta-tapi kenapa mami bisa jatuhin gelasnya? Hiks... Hiks..." gumam Vi dalam tangisnya.

DARENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang