Bagian 327 (Drama)

Start from the beginning
                                    

"Silakan diminum, To. Maaf a la kadarnya," kata Yoga dengan senyum ramah.

Gito yang rambutnya masih setengah basah setelah mandi bebeknya tadi pagi, melengos. "Hss ... apanya yang a la kadarnya? Segala macam ada di meja ini," gumam Gito.

Seperti kata Gito, di atas meja rupanya sudah tersaji beberapa potong sandwich, salad dan sekeranjang buah-buahan.

Yoga nyengir mendengar respon sahabatnya yang mendadak diundangnya ke brunch. Iya, brunch. Pertengahan antara breakfast dan lunch. Lantaran saat ini matahari sudah beranjak naik. Umumnya jam segini orang-orang sudah selesai sarapan.

Gito sendiri, baru saja selesai sarapan omelet di rumahnya, saat sebuah pesan diterimanya dari Yoga.

Assalamualaikum To. Nge-brunch di rumahku yuk. Izin dulu gih sama ratumu *ikonketawa

Alis Gito berkerut setelah membacanya. Dasar Yoga, pikirnya. Tanya dulu kek, 'kamu ada waktu gak?' atau 'kamu mau gak?', 'lagi mager *gak?' (*mager = malas gerak)

Dengan gerak-gerik waspada, Gito melongokkan kepala ke dapur. Mona istrinya sedang sibuk memasak untuk makan siang ditemani seorang asisten rumah tangga.

Melihat suaminya bertingkah aneh, wanita itu bertanya, "Ngapain ngumpet-ngumpet gitu?"

"Eerh ... anu. Aku diajakin brunch sama temen. Bentar aja boleh?" tanya Gito hati-hati.

Mona menaikkan sebelah alisnya. "Temen? Yoga 'kan?" tembaknya langsung tanpa basa-basi.

Suaminya nyengir. "I-iya. Yoga."

Mona melengos. "Ya udah. Gak lama-lama tapi ya. Inget. Ntar siang kita mau pergi jalan bareng ke mall!"

"I-iya. Siap, sayang," jawab Gito layaknya prajurit. Ada-ada saja kelakuan sobatnya yang bernama Yoga Pratama ini, batin Gito. Bisa ditebak, paling Yoga cuma mau curhat aja. Dan isi curhatannya kemungkinan sama seperti yang sudah-sudah : kangen berat sama Erika, dan sudah gak sabar pengin buru-buru halalin!

Ternyata tebakan Gito tidak meleset. Setelah sekitar sepuluh menit sesapan kopi dan satu atau dua potong sandwich ...

"Pagi ini aku terbangun dan gak bisa berhenti senyum. Aku masih gak percaya rasanya. Seminggu lagi insyaallah aku bakal nikah sama wanita pujaanku sejak masih SMA. Hhh ... seminggu lagi!! Rasanya tuh kayak, aku lagi di alam mimpi. Beneran gak sih ini, aku bakal nikah sama Erika?" jelas Yoga dengan mata berbinar-binar. Pria gondrong itu kemudian menutup mukanya karena antusiasme yang menggebu-gebu.

"Kalau bukan karena aku gak enak sama bawahan-bawahanku di kantor, aku udah pengin ambil cuti aja deh. Di kantor juga gak ngefek. Kerjaanku ambyar semua. Tiap ditanya apa, aku jawabnya lain. Gak nyambung. Aku udah di alam lain soalnya. Haah ... ," tambah Yoga dengan mata menerawang penuh cinta.

Gito menghela napas. "Iya iya tahu. Sudah di alam calon pengantin 'kan? Kamu soalnya lagi hepi banget. Selamat deh. Yang akhirnya gak jomlo lagi. Moga-moga sakinah mawaddah warohmah, awet sampai kakek-nenek. Oke kalau begitu, aku pamit dulu. Assalamualai--"

"EH!! Tunggu dong, To! Masa' sebentar banget??" protes Yoga segera.

"Habisin dulu kek kopinya. Saladnya juga dimakan dong," imbuh Yoga, membuat Gito batal cabut dan kembali ke kursinya.

"Emangnya kamu ada acara hari ini?" tanya Yoga.

"Iya. Siang ini sebenernya mau pergi ke mall sekeluarga," jawab Gito sambil menyesap sisa kopinya.

ANXI 2 (SELESAI)Where stories live. Discover now