lima belas. (DARENZA)

253 82 10
                                    

"Liat nih!" teriak Mahesa yang entah ditujukan spesifik untuk siapa.

Vi melirik Mahesa.

CUP!

Mahesa mencium Fiona.

.
.
.

Tanpa bisa berkata-kata lagi, Vi membalikkan badannya. Ia berjalan sambil menunduk.

"Vi?" panggil Lana yang baru saja sampai.

Vi menghampiri Lana dan memaksa Lana untuk memegang kotak P3k yang sedari tadi dipegangnya. "Nih lu kan anak PMR, pasti paham betul kan cara ngobatin Nad yang baik dan benar."

"Iya?" Lana menaikkan satu alisnya. Ia baru datang jadi tidak paham situasi yang ada di warkop.

"Gue cabut duluan, bilangin ke Nad ya." setelah itu Vi berlari tanpa menoleh lagi ke belakang.

Tapi baru beberapa langkah, Vi tak sengaja menabrak seseorang. Ia mendongak sekilas lalu menunduk lagi. Ternyata yang ditabraknya adalah laki-laki yang menolongnya di toilet cafe tempo hari.

"Sorry." hanya kata itu yang bisa Vi ucapkan lalu kakinya kembali berlari.

Bondan juga kembali melangkah tapi raut mukanya bingung.

🔥🔥🔥

Darenza menunjukkan muka marahnya entah untuk siapa ia marah. Yang jelas Darenza merasa janggal saja. Ia perlahan mendekati Mahesa dan mengintip dibalik punggung Mahesa.

Raut muka Darenza yang semula tak bersahabat jadi melunak, digantikan ia mengernyit bingung.

Ternyata Mahesa membohongi semua orang! Ia tidak benar-benar mencium Fiona. Dikira benar, Mahesa mencium bibir Fiona tapi yang ada bukan seperti itu! Mahesa mencium pipi Fiona yang dekat sudut bibir. Dan tempat mereka berpijak, persis matahari bersinar terang jadi tindakan Mahesa itu tidak terlalu mencolok kelihatannya. Dan orang-orang yang tidak memperhatikan teliti, pasti menganggap Mahesa benar mencium bibir Fiona.

Darenza mundur. "Eh?" kagetnya saat kakinya menginjak sesuatu. Ia membalikkan badan.

Afnan berdiri dengan gaya sengalnya di hadapan Darenza. "Misi." ucapnya lalu melewati Darenza.

Saat sampai dibelakang Mahesa...

CUIH...

Afnan meludah saat mengetahui tindakan konyol Mahesa.

Mahesa hanya bergeming. Afnan menarik paksa bahu Mahesa untuk berbalik badan menghadapnya.

Mahesa mau tak mau berbalik badan. Tanpa aba-aba, Afnan menonjok perut Mahesa. Hanya sekali tapi pukulannya cukup keras.

"Kenapa lo mukul temen gue?" tanya Darenza yang ternyata belum pergi dari sana.

Afnan tak peduli dengan kehadiran Darenza. "Lo bikin lawan lo dalam bahaya aja!" ujar Afnan dengan menunjuk menggunakan lidahnya yang menempel pada pipi bagian dalam mulut.

(eh plis itu namanya ape? gua bingung ngejelasinnya, semoga paham yee wkwk)

Mahesa menatap Afnan bingung tapi yang ditatap malah menatap seseorang yang ada di belakang Mahesa.

Afnan tersenyum miring menatap Fiona lalu dengan jailnya ia mengedipkan sebelah matanya.

"Mata lo kelilipan gajah?" ujar Mahesa saat Afnan menatapnya kembali.

"Lawan lo gak bakal tenang mulai hari ini!" ucap Afnan lantas pergi.

Darenza menyelisik penampilan Mahesa. "Gapapa kan lo?" ucapnya jutek.

DARENZA [END]Where stories live. Discover now