Bagian 325 (Drama)

Mulai dari awal
                                    

Satu per satu teman Raesha maju ke tengah, menirukan adegan kucing pallas mengintai dan menyergap mangsa.

"Oke. Berikutnya," kata Maya sambil menulis sesuatu di notesnya. Penilaian terhadap akting mereka.

Raesha memperhatikan teman-temannya berakting, sambil mengingat-ingat pengalamannya bermain bersama kucingnya Tama di halaman. Tama senang menangkap apa saja. Kupu-kupu, burung, anak ayam, cicak, kadal.

"Raesha, giliranmu," panggil Maya.

Raesha berdiri dan mulai menapakkan kedua tangan dan lututnya di lantai. Lehernya menjulur dan matanya membelalak tajam. Pinggangnya dinaikkan perlahan. Tiba-tiba dia melakukan gerakan yang membuat bu guru dan teman-temannya terkejut. Pinggangnya bergoyang ke kanan-kiri secara konstan, lalu ia melompat cukup jauh.

TAPP!! Raesha mendarat dengan tangan seolah menggenggam sesuatu di lantai. Matanya berbinar senang.

Maya dan teman-temannya bertepuk tangan bercampur tawa. Sebab gerakan menggoyang pinggang itu terlihat lucu.

"Wah hebat, Raesha! Gerakanmu mirip banget sama kucing!" puji Maya.

Raesha cengengesan malu. "He he. Aku suka perhatiin kucingku di rumah."

"Ooh ... pantas," ujar gurunya tersenyum puas.

Tak lama, Raesha diumumkan terpilih memerankan kucing pallas dewasa, pemeran utama dalam drama minggu depan.

"Bu!" Raesha mengangkat tangan pertanda ingin bertanya.

"Ya? Ada apa, Raesha?" sahut Maya.

"Apa kucingnya boleh pakai nama Tama?" tanya Raesha, membuat semua terdiam.

"Hm ... kenapa kamu pilih nama 'Tama'? Apa Bu guru boleh tahu alasannya?" tanya Maya lembut. Sementara anak-anak saling berbisik, "Tama bukannya nama orang Jepang?"

"Soalnya, kucingku namanya Tama," jawab Raesha lugas.

"Ooh gitu. Kalau kucing pallasnya dinamain 'Tama', kamu bisa semangat latihan?" tanya Maya cekikikan.

Raesha mengangguk senang. "Iya Bu. Aku bakal semangat latihan dramanya!"

"Ya sudah kalau begitu. Kucing pallasnya namanya Tama."

Wajah Raesha berseri-seri. Setelah pengumuman peran masing-masing anak, mereka mulai berlatih mengingat adegan masing-masing.

"Kita lanjut ke adegan berikutnya ya, Raesha," kata Maya antusias.

"Iya, Bu guru," jawab Raesha mantap.

"Perhatikan baik-baik, anak-anak," seru Maya pada semua anak yang berdiri mengitarinya. Sebagian yang sedang mengobrol, kini fokus mendengarkan.

"Setelah kucing pallas berhasil menangkap burung itu, ia membagi burung tersebut dengan kedua anaknya di dalam gua. Ternyata, seekor burung pica-pica berwarna biru telah menunggunya di luar. Tama menghampiri tamu tak diundangnya."

"Pica! Pica! Wah sadis juga," komentar burung itu yang rupanya sempat menyaksikan Tama meringkus burung untuk anak-anaknya.

Tama berwajah masam, seperti biasa. "Ada perlu apa kau datang kemari, pica-pica?" tanya Tama.

"Pica! Aku kemari menyampaikan undangan rapat sore ini di lembah," jawab sang burung.

Raut muka Tama menekuk tak suka. "Rapat? Apa aku harus ikut?" tanya Tama.

"Leo bilang, semua hewan di Himalaya wajib hadir rapat!" sahut Pica-pica, membuat wajah Tama semakin murung. Leo sang leopard salju, salah satu penguasa Himalaya. Kalau namanya sudah disebut-sebut, siapa yang berani mangkir?

ANXI 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang