Bagian 325 (Drama)

Comincia dall'inizio
                                    

Para bocah melotot antusias mengamati perbedaan warna bulu kucing pallas yang di layar memang terlihat cukup jelas.

"Gimana? Menarik ya kucing pallas?" tanya Maya.

"IYA BUUU!!" sahut mereka berbarengan.

"Nah. Untuk drama kita, tokoh utamanya adalah kucing pallas!"

Pengumuman itu membuat anak-anak sumringah dan bising.

"Sekarang, siapa di antara kalian yang di rumah pelihara kucing? Tunjuk tangannya!" seru Maya seraya mengangkat tangan, memberi contoh.

"SAYAAA!! SAYA, BUU!!"

"SAYA MALAH PUNYA TIGA KUCING, BU!!"

"KUCING SAYA BARU LAHIRAN SEMALAM, BU! SEMUANYA ADA TUJUH KUCING, BU!!" sahut seorang anak di belakang, tak mau kalah.

Separuh kelas mengangkat tangannya, termasuk Raesha. Beberapa anak bahkan sampai berdiri.

"Oke sabar ya sabaar. Nanti diseleksi dulu ya. Gak mungkin semuanya jadi kucing pallas, 'kan? Peran lainnya banyak kok. Ada leopard salju, serigala, kambing, banteng, panda, rusa kesturi, beruang hitam, burung merak, burung bangau Tibet, marmut. Banyak 'kan?" kata Maya sambil membaca daftar hewan di naskah.

"BU GURU! SAYA MAU JADI LEOPARD!!" seru seorang anak laki-laki di baris belakang.

"SAYA JUGA MAU LEOPARD, BU!"

"Aku duluan!" kata si anak yang angkat tangan lebih dulu.

"Tapi aku mau juga jadi leopard!" satunya lagi ngotot.

"Tenang tenang. Jangan berantem ya. Ada banyak peran kok. Ayo kita buat daftarnya di papan tulis," kata Maya menengahi mereka. Tak lama, Maya dibantu oleh dua orang guru lainnya. Mereka mulai membagi-bagi peran.

"Bu guru! Aku ... aku gak pede main drama. Ada peran yang gak perlu ngomong?" tanya salah seorang anak perempuan sambil malu-malu.

"Ada. Kamu bisa jadi pohon. Jangan khawatir. Semua kebagian," jawab guru lain terkekeh geli. Anak-anak memang beraneka ragam karakternya. Ada yang hobi tampil, ada yang pengin ngumpet aja.

Akhirnya anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok difasilitasi oleh seorang guru.

Raesha duduk melingkar bersama tiga orang temannya. Bu Maya duduk di tengah-tengah mereka. Setelah pembagian peran, Raesha dan ketiga temannya masuk ke dalam kelompok hewan pemeran utama yaitu kucing pallas. Berhubung Raesha hanya punya pengalaman dekat dengan Tama kucingnya, jadi dia hanya terpikir memilih peran kucing.

"Nah sekarang, kita akan memilih salah satu dari kalian berempat, untuk menjadi kucing pallas dewasa. Yang lainnya, ceritanya akan menjadi anak-anak dari si kucing pallas. Oke?" tanya Maya dengan senyum ramah.

"Iya buu," sahut mereka.

"Sekarang, Ibu mau dengar kalian latihan dialog. Perhatiin baik-baik ya." Anak-anak mengangguk dan memasang ekspresi serius.

"Kucing pallas sedang mengamati seekor burung yang hinggap di luar gua tempat tinggalnya. Matanya menatap awas. Dia mengambil ancang-ancang, sebelum melompat ke luar mulut gua dan menerkam sang burung. HAPP!! Burung itu pun tertangkap olehnya," dongeng Maya sambil mengangkat kedua tangannya seolah sungguh-sungguh menangkap sesuatu.

Anak-anak masih memperhatikan cerita Maya dengan saksama.

"Coba kalian tirukan adegan itu. Yang paling mirip dengan kucing, akan terpilih menjadi kucing pallas dewasa. Oke?"

Mereka manggut-manggut. "Iya, Bu," sahut mereka.

Maya berdiri dari duduknya. "Tolong mundur sedikit ya. Kita kasih jarak, supaya yang latihan akting bisa leluasa," pintanya sembari memberi isyarat tangan. Anak-anak patuh dan memundurkan posisi duduknya.

ANXI 2 (SELESAI)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora