sebelas. (DARENZA)

Mulai dari awal
                                    

"Hati-hati!" teriak Darenza.

Setelah memastikan Adit benar-benar keluar cafe. Darenza kembali berjalan menuju kedua temannya.

Alangkah terkejut Darenza mendapati Bondan bersama Vi.

"Vi?" panggil Darenza bingung.

"Lo kenal sama cewek ini?" Bondan mendongak, menatap Darenza.

Darenza melihat wajah Bondan, seketika raut wajahnya berubah datar. Mahesa dan Elis yang melihat raut muka tak bersahabat dari Darenza seketika bergerak was-was.

Darenza adalah orang yang akan sangat marah ketika melihat temannya babak belur.

"Muka lo ngapa lebam gitu?" tanya Darenza.

"Serius lo kenal sama nih perempuan?" Bondan menunjuk cewek yang ditolongnya tadi.

Darenza hanya diam tak menjawab.

"Nih cewek tadi mau dilecehin di toilet!"

"Apa!?" suara Darenza memekik. Membuat pengunjung cafe menoleh ke arahnya dan juga para pelayan cafe tapi mereka tak berani menghampiri Darenza.

Jadi tadi suara gaduh yang didengar Darenza dkk berasal dari meja Vi. Dan yang melakukan itu Afnan. Sebenarnya Vi, Afnan, dan Lana sudah berada di cafe ini dari 30 menit yang lalu tapi karena mereka memilih tempat duduk di pojok jadi tidak mengetahui Darenza dkk juga masuk ke cafe ini.

Elis mendekati Mahesa, ia berbisik. "Sa, cewek yang diapit Darenza sama Bondan emang siapa?"

"Namanya Vi, dia crush-nya Darenza." bisik Mahesa di telinga Elis.

Elis sedikit terkejut, ia memperhatikan penampilan Vi dari ujung kaki sampe kepala. Lalu tatapannya terkunci pada wajah natural milik Vi. Elis memandanginya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Tuh kan Vi! Gue bilang juga apa, minta anter Lana ke toilet malah gak mau. Jadi celaka kan lo!" ujar Afnan marah.

Darenza menatap Vi penuh tanda tanya.

Vi menatap jengah Afnan. "Gue bisa bela diri Nad! Tapi lo tau keadaan gua lagi lemes. Kalo sehat gua hajar abis tuh orang!"

"Udah lah intinya gua gapapa. Sekarang yang kenapa-kenapa orang yang nolongin gua."

"Gue mau minta kotak p3k dulu sama pelayan cafe." ujar Vi lalu melangkah pergi.

Namun baru 5 langkah berjalan, Vi tak sadar dari arah samping ada orang yang ingin mencelakainya.

Darenza melihat sinyal bahaya di sekitar Vi. Ia tak tinggal diam, dengan langkah cepat ia menghampiri Vi.

DUKK!

Untung saja. Darenza cepat memeluk Vi jadi tendangan dari orang yang ingin mencelakai itu tidak mengenai Vi melainkan mengenai punggungnya.

Darenza mengerang kecil. Tak bisa dibohongi, tendangan itu sangat keras.

Vi cuma bisa diam membatu dengan mulut terbuka dan dagu yang menempel di bahu kanan Darenza.

DARENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang