1. JOVITA

2.7K 166 17
                                    


"Paket!!!"

Untuk sesaat aku mencoba mengabaikan teriakan Novi--adik bungsuku--dan tetap fokus mengambil gambar. Namun, bukannya fokus, konsentrasiku malah buyar karena Novi tiba-tiba menggedor pintu kamarku.

"Kak Jo!! Itu di luar ada paket, buruan samperin. Ntar keburu dibawa Mas kurirnya lagi dikiranya nggak ada orang," teriak Novi dari luar kamar.

Aku berdecak kesal. "Gue lagi kerja, kan lo nganggur. Bisa lo samperin dulu itu Mas kurirnya, Nov."

"Nggak bisa! Gue lagi telfonan sama Adit." Tak lama setelahnya suara Novi terdengar semakin menjauh, "ambil sendiri," teriaknya tak lama setelahnya.

Mau tidak mau, aku akhirnya meletakkan kameraku lalu berjalan keluar kamar sambil menggerutu. Awas aja kalau nanti dia minta uang buat beli kuota, enggak bakalan aku kasih.

Adikku ini lima tahun lebih muda dariku, dia baru lulus SMA setahun yang lalu. Bukannya langsung masuk universitas, Novi malah memilih jadi pengangguran yang kerjaannya minta uang jajan terus, giliran disuruh susahnya minta ampun. Ya, seperti barusan tadi.

Saat aku sampai di depan rumah, ternyata Ibu sudah menerima paketku. Kurirnya pun juga sudah pergi. Aku berlari kecil lalu membuka pintu gerbang.

"Abis tidur kamu, Kak?" tanya Ibu sambil menyerahkan paket padaku.

Aku menerima paket itu sambil menggeleng. "Enggak kok." Tak lupa sambil mengucapkan terima kasih.

"Terus kenapa kamu baru keluar? Mas kurirnya tadi keliatan nungguin lama loh," ucap Ibu sambil masuk ke dalam rumah.

Aku kemudian mengekor di belakang.
"Tadi aku lagi ngefoto buku yang mau aku posting, mau nyuruh Novi. Tapi dianya nggak mau, ya jadi agak telat keluarnya. Eh, ternyata udah ibu terima paketnya."

"Lain kali kalau denger langsung keluar, ambil sendiri kalau emang nggak lagi ribet. Kasian Mas kurinya harus nunggu lama, kan paket yang dibawa bukan punya kamu," ujar Ibu menasehatiku.

Aku mengangguk. "Iya, Bu."

"Terus sekarang adekmu di mana?"

"Kamar kali. Telfonan sama pacarnya itu."

Selain hobi minta duit. Novi ini hobinya ngebucinin Adit, pacarnya sejak mereka masuk sekolah menengah atas. Berbeda kalau Novi memang pada dasarnya malas untuk kuliah, Adit ini sebenarnya punya minat untuk kuliah. Hanya saja karena ekonominya tidak seberuntung kami, jadi lulus SMA dia langsung bekerja. Dia juga cukup rajin, apa saja mau dia kerjakan. Mulai dari jadi tukang ojek online, tukang angkat di pasar, bantu ibunya berdagang di pasar, kadang juga bantu jaga toko kami.

"Oh, ya udah Ibu ke kamar ganti baju dulu. Ayahmu ke mana? Di toko?"

Aku mengurungkan niatku untuk kembali ke kamar. "Enggak. Ke rumah Pak Rt, enggak paham, ada rapat sama Bapak-bapak komplek kayaknya."

Baru setelah mengatakan itu, aku bergegas masuk ke dalam kamar lagi. Meletakkan paket di atas ranjang lalu kembali meraih kameraku.

Baik, aku akan memperkenalkan diriku sebentar. Namaku Jovita Auristella. Putri sulung dari pasangan Siti Hamidah dan Haidar Wijaya. Kehidupanku berasal dari keluarga sederhana dan jauh dari kata mewah. Ayahku hanya pemilik mini market dekat perempatan sebelum masuk gang perumahan kami, karyawan Ayah juga tidak banyak. Hanya 2 orang, karena terkadang aku maupun Novita Leteshia, adik bungsuku yang akan membantu menjaga toko. Ibuku hanya ibu rumahtangga biasa, yang hobinya ikut pengajian bareng ibu-ibu komplek.

Marriage ExpressWhere stories live. Discover now