9 - "Where have you been?" -

606 27 0
                                    

LUKE'S POV

Aku mengendarai mobilku ke rumah Calum untuk menceritakan apa yang terjadi belakangan ini. Aku memarkir mobilku di depan rumah Calum dan Calum sudah membuka pintu rumahnya dan melihatku. Aku turun dari mobilku dan segera menuju ke arah Calum yang sedang berdiri di ambang pintu masuk rumahnya. Dia memakai kaos berwarna abu-abu dan celana jeans. Aku segera turun dari mobil dan menghampiri Calum

"Hi dude!" Sapanya lalu memelukku.

"Hei," Aku melihatnya senyum.

"Ayo masuk!" Calum menawarkan aku masuk, lalu kami masuk.

Di rumah Calum ada Ibunya tapi tidak ada Ayahnya. Aku dan Calum segera pergi ke kamarnya Calum. Calum sudah tahu kalau aku ingin menceriatakan yang terjadi belakangan ini, karena aku selalu mengirim pesan ke dia. Kamar Calum tampak lebih bersih dibanding kamarku, ya karena dia benci dengan kotor. Aku duduk di bawah bersama Calum.

"So tell me what happened lately?" Calum menunggu penjelasanku dan dia terlihat sudah sangat penasaran.

"Jadi, sudah kubilang padamu kalau Violin menginap di rumahku dan setelah bangun dia tidak suka itu, tapi saat aku mengantarkannya pulang ke rumah, Ibunya malah meminta maaf kepadaku kalau Violin sudah membikin repot di rumahku," Jelasku pada Calum sambil tertawa kecil.

Calum tertawa lebar, sepertinya dia senang. "Bro,you almost done," kata Calum. Tapi aku tidak mengerti, selesai untuk apa? Perasaan aku tidak melakukan apa-apa.

"Done what?" Jawabku dengan bingung kepada Calum.

"you'll get her soon!" Calum masih tersenyum sambil menepuk bagian belakang punggungku.

Aku menyadari kalau pipiku blushing menjadi merah. Aku tersenyum sedikit sambil merunduk kebawah karena malu. Sebenarnya, sebelum aku mengenal Violin sampai dalam seperti ini, aku sudah tahu kalau dia sangat baik dan sebenarnya aku tidak ingin untuk membullynya. Bukan hanya Violin tapi semua orang terutama Violin dan temannya Emily. Aku bisa melihat mereka berdua sangat baik dengan semua orang maupun satu sama lain. Emily adalah teman baik Violin ku rasa, karena jika Violin tidak bersamaku pasti dia akan bersama Emily.

Aku melihat Vilon sangat lucu, baik dan dia lain daripada yang lain. Di sekolah kami, semua orang berusaha menjadi sekeren dan seterkenal mungkin karena mereka takut untuk dibully oleh yaa bisa kubilang gengku. Semua anak cewek berdandan ala asrtis yang keren tapi tidak semuanya jika berdandan seperti itu akan keren. Pertama aku melihat Violin, dia tidak mau berdandan seperti anak cewek lainnya, dia berusaha terlihat seperti dirinya sendiri dan aku bangga dengan orang yang percaya diri seperti itu.

Menurutku Angelina juga keren, dia sangat seru untuk di ajak bicara dan dia juga modis tapi terkadang, fasionnya terlalu berlebihan dan dia tidak suka terlihat jelek di hadapan semua orang terutama aku. Dia ingin membuatku selalu tertarik padanya, tapi aku malah jadi tidak tertarik padanya pada saat dia memakai fashion yang terlalu berlebih. Sekarang Angelina berusaha menjauh dariku, dia sudah jarang mengirimkanku pesan dan jika aku mengirimkanna pesan. Dia tidak membalasku. Sekali-dua kali aku menelfonnya tapi dia malah matikan. Aku sangat benci orang yang seperti itu. Sangat tidak menghargaiku.

"Calum," Aku menengok ke arah Calum yang sedang memainkan HPnya, lalu dia melihat ke aku. "Kau harus dekat dengan Violin, maksudku sebagai teman dan dari situ aku juga bisa dekat dengan Violin dan ya know."Aku tersenyum sambil mengangkat bahuku. Aku berpikir bahwa jika Calum bisa dekat dengan Violin, ini akan mudah juga untuk aku bisa menjadi 'teman'nya

"Well.. okay," Calum mengangguk sambil tersenyum.

"Oh ya, juga Emily. Sahabatnya Violin," Tambahku. Lalu Calum mengangguk lagi.

Everything I Didn't SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang