Part 61

99 4 0
                                    

"Violin!" Luke memanggilku dari dalam mobil dengan jendela terbuka.

Aku melihatnya sebentar sebelum aku kembali berjalan mengabaikan dia. "Shit Violin!" Aku mendengar Luke membuka pintu mobil. Aku tau dia mencoba untuk mengejarku, lalu aku berjalan lebih cepat. Aku kesal dengan Luke. Lalu dia berhasil mengambil tanganku.

"Let go of me!" Aku melepaskan tangan Luke dari tanganku.

"Violin!" Dia mengambil kedua tanganku dan memaksaku untuk melihat dia. "Get in the car please."

Aku menggelengkan kepalaku. "No i wont, i know you have a secret with Calum and you wont talk to me,"

"I can explain it to you but please get in the car, we're in public," Pinta Luke dengan nada memohon.

"Let me go!" Aku melepaskan tanganku dari Luke, lalu aku lanjut berjalan lagi. Tidak memperdulikan apakah aku akan tersesat atau tidak. Yang penting aku tidak bertemu Luke untuk saat ini. Luke kembali mengambil tanganku. "LEPASKANKU LUKE, AKU INGIN PERGI DAN MENYENDIRI KAU TAHU? KAU BISA MENCARI ALASAN UNTUK BERBICARA KEPADAKU NANTI!" Lalu aku langsung pergi lagi dan memutuskan untuk naik taxi.

Aku ingin ke rumah Michael jadi aku meminta alamatnya ke Michael. Michael memberitahuku lalu aku segera ke rumahnya.

Lukes pov:

Holy crap! Apa yang telah aku lakukan? Violin sekarang tahu semuanya kalau aku membuat Calum untuk tidak mendekati Violin. Aku melalukan itu untuk melindungi Violin. Aku tidak mau kejadian utu terjadi lagi. Aku seperti trauma terhadap Calum, terhadap sahabatku sendiri. Sekarang, aku tidak tahu kemana Violin pergi. Dia pasti tidak akan balik ke rumah malam ini padahal besok dia harus mengantarkan ibuku belanja. Shit! Aku kesal terhadap apa yang aku lakukan, tapi aku juga akan menyesal jika aku tdak melakukan ini. Aku memukuk stir mobilku sebelum aku mengegasnya, karena aku sudah tidak bisa meng-handle semua ini lagi.

Aku tidak tahu kemana aku akan pergi. Tapi sepertinya aku dapat ke rumah Ashton.

Setelah sampai di rumah Ashton aku keluar dari mobilku dengan jaket, topi dan kacamata hitamku. Lalu aku ketuk rumahnya Ashton. Dan Ashton membukakan pintu.

"Who are you?" Tanyanya. Ofcourse dia tidak mengenalku.

Aku membuka kacamataku, "dude its me,"

"Oh Luke, come in!" Suruh Ashton.

Aku lalu duduk di sofanya dan dia duduk di sampingku. Sebenarnya aku kesini adalah untuk bernain fifa dengannya tapi dia terlihat sedang tidak mood untuk bermain fifa. Dan aku tidak melihat adiknya Harry dan Lauren dan juga aku tidak melihat Aryana.

"Why are you here?" Tanya Ashton melihatku.

Ini saatnya aku bilang kalau aku i gin bernain fifa "I dont know i actually want-"

"Oh and where's Violin? I just drove her to Calum's apartemen and i think shes still there," jelas Ashton.

Wait, jadi Ashton yang nganterin Violin ke rumah Calum? Mungkin saja dia tahu sekarang Violin ada dimana.

"You drove her?" Aku dengan kaget menanyakan dia. Lalu dia mengangguk. "Do you know where she is now?"

"What? What happened? I dont know she's still in Calums apartemen i think,"

"Holy shit!" Aku memegang kepalaku sambil bersender di sofa Ashton. Goddamnit! Aku harus menemukan Violin segera karena aku takut dia seperti ini dalam jangka waktu yang lama. Aku tidak bisa tidur satu malam tanpa dia, it feels so different.

"Why Luke?" Ashton bertanya kepadaku sambil masih melihatku.

Aku membasahi bibirku dan agak bermain dengan lipringku sendiri. Omong-omong apakah Violin masih menyimpan lipring yang aku berikan kepadanya saat aku pergi untuk tour? Aku mengambil napas yang panjang sebelum aku menjawab pertanyaan Ashton. Tanganku masih ada di kepalaku dan yang aku lihat sekarang adalah hanya atap rumah Ashton yang berwarna putih agak kekuning-kuningan. "I dont know Ash, i dont know anything,"

Everything I Didn't SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang