Part 54 // June 10

136 6 0
                                    

VIOLIN'S POV:

June 10

"I will never leave trust me," Kata Luke hampir berbisik kepadaku

Luke merangkulku lebih keras, lebih dalam ke dalam pelukannya. Aku merasa hangat di pelukannya dan membuatku merasa ngantuk. Aku bisa merasakan napasnya di atas kepalaku dan dagunya yang menyentuh kepalaku. Aku bisa merasakan detak jantungnya. Mataku sudah merasa mengantuk di atas tempat tidur yang empuk ini dan di dalam pelukan Luke yang hangat.

"I feel relax," kataku.

"I know right, i make you warm," jawab Luke. "Violin, its hard to let go of you, life is not the same without you, my life is complete and i know you wont make it incomplete by leaving me." Suara Luke membuatku semakin nyaman berada di pelukannya. "I know i have Michael, Ashton and Calum but they arent the same like you. Please dont leave." Air mataku terjatuh. Kata-kata Luke begitu indah dan sangat menyentuh hatiku.

"I cant," aku mendongak ke atas dan mataku bertemu dengan mata Luke yang biru. "I should go. Its not going to be forever, Luke."

"But one day without you seems like forever," jawab Luke.

Aku memegang pipi Luke dengan tanganku dan mata kami saling bertemu. Lalu aku segera mencium bibir Luke.

aku terbangun dari tidurku dan kaget. What the fuck? Aku memimpikan Luke? Sebenarnya kejadian ini sudah biasa, aku sudah biasa memimpikan Luke tapi kenapa yang satu ini berasa seperti beneran terjadi. Oh my god, i miss Luke so bad. Aku belum mendengar suara sekitar 3 bulan terakhir.

Aku merindukkan pelukan Luke yang hangat, aku merindukan ciumannya yang lembut, aku merindukkan kedinginan dari lipringnya menyentuh ke bibirku, aku merindukkan suaranya saat dia memanggil namaku. Aku merindukan semuanya dari Luke. Aku menarik selimutku dan menutupi wajahku dengan selimutku dan di situlah aku meneteskan air mata. Biasanya setiap malam, selalu ada Luke yang sedang tidur di sampingku, menjagaku setiap malam.

Saat ini aku tidak memikirkan kesalahan apa yang dia telah perbuat kepadaku. Aku sangat sangat merindukannya. Aku melihat di HPku sekarang jam 2. Aku ingin menelfon Luke dan Michael bilang padaku kalau mereka sedang ada di Las Vegas berarti di sana jam 11 malam. Aku malu untuk menelpon Luke duluan karena selama ini Luke menelponku tapi aku tidak pernah mengangkatnya. Baiklah aku mungkin akan menunggu Luke menelponku seperti biasanya.

Sudah satu jam aku memikirkan Luke dan menunggunya untuk menelponku. Lagipula kenapa juga aku malu untuk menelpon pacarku sendiri. Baiklah, aku memegang HPku dan memencet nomor HP Luke. Di dalam nada telpon aku berharap dia akan mengangkatnya.

"Hallo?" Fuck itu suara Luke. God sudah lama aku tidak mendengar suara emas itu.

"Hey, whats up Luke?" Aku sedikit gugup berbicara dengan Luke. Dan juga mungkin suaraku berbeda karena aku menangis.

"Who-why are you crying? Who's this?" Really? Dia tidak tahu aku? Dia telah menghapus kontakku?

"You-you dont know me?"

"I didnt see the name when i hung up wait," dia berhenti bicara sebentar. "Oh my god, holy shit fuck balls damnit Violin, is it you?" Aku bisa mendengar kebahagiaannya.

"Yass Luke, i miss you so bad," ucapku sambil menangis lebih keras.

"Ohh babe, dont cry, why are you crying?" Tanya Luke.

"Because i miss you, you dork," jawabku tertawa dalam tangisanku.

"Look, im so sorry about Stephanie, you know i was drunk and me and Stephanie are nothing we're just friends. You are the only girl i have Violin," jelas Luke. Aku menahan untuk tidak menangis agar aku bisa mendengar perkataan Luke tapi aku tetap tidak bisa berhenti.

Everything I Didn't SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang