Part 48 - "Dont leave please," -

217 12 3
                                    

VIOLIN'S POV

Kami tiba di depan rumahku. Terlihat masih sangat sepi dan sunyi. Ibuku masih tidur dan aku harap dia tidak mencari ku selama aku tidak ada di rumah.

"Masih pusing?" Tanya Luke sambil membuka seatbeltnya.

"Um.. yeah sedikit," Gara-gara tadi tertawa bersama Michael kepalaku menjadi tambah pusing.

"Dont open the door, wait here!" Luke membuka pintu mobilnya. Yang aku  bingung kenapa aku harus menunggu disini, ini kan rumahku.

Aku membuka seatbeltku, dan saat itu juga Luke membukakan pintu mobilku dan tidak kusangka dia menggendongku. Luke membawaku menuju ke depan pintu masuk rumahku.

"Dimana kuncinya?" Tanya Luke saat dia tahu kalau pintu rumah di kunci.

"Turunkan aku," Aku tidak bisa mengambil kunci di dalam tas kecilku kalau aku masih di gendong sama Luke. Aku mengambil kncinya lalu memberikan Luke kuncinya.

Dengan mengejutkan Luke tiba-tiba menciumku. His soft lips touch mine. Bibirnya dingin ditambah kedinginan dari lip ringnya. Kami mundur-mundur sampai aku mentok ke pintu. Tangan Luke memeganga pinggangku seperti dia sudah siap memegangku jika aku meloncat ke arahnya. Untung saja ini malam atau sangat pagi jadi masih tidak ada orang-orang di sekitar rumahku yang berlalu lalang.

Aku memegang leher Luke dengan kedua tanganku lalu aku meloncat ke arahnya. Kedua kakiku berada di pinggangnya dan tanganku tetap ada di lehernya. Aku bisa merasakan Luke sedang membuka pintu. Jika Luke membuka pintu dengan satu tangannya, berarti dia hanya memegangku dengan satu tangan? Woow he is so strong. Luke membuka pintu dan menutupnya kembali dengan perlahan agar tidak membangunkan Ibuku.

Luke masih menciumku dan aku masih meresponnya. Dia membawaku ke atas, tepatnya ke kamarku. Saat di tangga seperti biasa, untuk ke sejuta kalinya dia terpeleset dan hampir terjatuh dan kali ini lebih parah, kami benar-benar terjatuh.

"Fuck!" Ucap Luke saat kami terjatuh. Untung saja jatuhnya tidak sampai terguling atau tiduran. Tapi Luke terjatuh dlam posisi berlutut.

Aku tertawa pelan tapi sesungguhnya aku ingin tertawa kencang namun saja aku tidak mau Ibuku bangun. "Oh my god its always happening,"

"Oh my god im sorry Violin, oh god this is awkward, emberassing," Kata Luke

"Yeah its okay Luke," Aku masih tetap tertawa dan aku melihat wajah Luke memerah. Dia blushing. "Lift me up again!" Suruhku dan Luke tersenyum dengan lebar.

Dia mengangkatku lagi dengan posisi yang sama, dia membawaku sampai keluar tangga dan setelah itu aku lanjut menciumnya lagi. Luke membuka pintu kamarku dan menutupnya kembali setelah kami berada di dalam kamar.

Suasana kamar terasa berbeda, kamar selalu mendukung untuk aksi yang seperti ini. Seperti apa yang aku dan Luke lakukan. Luke membawaku ke tempat tidurku dan disanalah dia menaruhku. Luke melepaskan ciumannya yang sebenarnya aku masih ingin menciumnya lebih lama.

"Dont leave please," pintaku pada Luke.

"Okay." Luke naik ke tempat tidur lalu dia tiduran di pinggir tempat tidur. Aku tiduran di atas dadanya seperti biasa, mendengar suara detaj jantungnya yang berdebar hebat. Ini tidak biasa, ada sesuatu yang mengganjal diri Luke.

Aku memegang dadanya dengan satu tanganku saat aku sudah tiduran di atas dadanya. Tidak tepat di dadanya tapi hampir di lehernya dekat pipinya. "Luke just say it!"

"Say what?" Dia malah nanya balik.

"I know you have something that you wanna say but youre afraid," ucapku sambil melihat ke atas matanya. "Just say it."

Everything I Didn't SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang