11 - "I thought we're only friends," -

517 22 1
                                    

VIOLIN'S POV

Hari ini aku Ujian, hari yang paling menegangkan dibanding hari-hari yang lain. Seminggu ini aku akan menghadapi Ujian, bukan hanya aku tapi semua muird yang ada di sekolah menghadapi Ujian. Tapi setelah Ujian ini, kami akan libur sekitar 2 minggu dan aku sangat senang. Pada hari pertama ujianku adalah Sejarah. Aku cukup pandai dalam mata pelajaran itu dan aku cukup percaya diri kalau aku bisa mengerjakannya. Lalu hari kedua adalah Matematika. Sejujurnya, aku lebih memilih Fisika dibanding Matematika. Lama-kelamaan Matematika semakin susah dan aku sangat benci itu. Hari ketiga adalah Fisika, dan soal yang di kasi Luke pada waktu kami latihan sangat berbeda dengan soal yang ini. Soal yang diberikan untuk Ujian lebih sulit dibanding saat aku latihan. Aku tidak bisa mengerjakan soal itu, mungkin Luke akan marah denganku karena aku akan mendapat nilai yang buruk.

Setelah Ujian kami harus tetap masuk, namun hanya 1 hari untuk menerima hasil Ujian kami. Aku datang ke sekolah pagi-pagi karena aku ingin segera mengambil hasil Ujianku lalu pulang dan beristirahat. Setelah ini, aku akan libur selama 2 minggu lamanya tanpa harus latihan dengan Luke. Aku berjalan menuju lokerku untuk membereskan isi loker dan mengunci lokerku supaya aman selama Ujian. Setelah memasukkan barang-barangku ke dalam tas aku segera ke kantor Mrs.Berlin untuk mengambil hasil Ujianku.

Aku berjalan ke kantor Mrs.Berlin, suasana sekolah masih sepi karena ini masih pagi. Aku membuka pintu kantor dengan perlahan, dan terdengar suara pintu yang sudah dua yang membuat Mrs.Berlin melihat ke arahku.

"Oh Mrs.Colvelin," Aku tersenyum kepadanya dan juga Mrs.Berlin tersenyum kepadaku. "Silahkan duduk!"

Aku duduk di depan Mrs.Berlin, wanita tua yang baiknya tidak terhingga. Seluruh isi sekolah sudah tahu kalau dia sangat baik kepada setiap murid dan guru. Maka dari situ dia selalu menjadi guru yang terbaik. Aku duduk di kursi di depan meja Mrs.Berlin.

"Um, Mrs.Berlin," Aku memulai pembicaraan saat Mrs.Berlin sedang menulis sesuatu di lembaran kertas. Dia melihat ke arahku melalu kacamata besarnya. "Bagaimana hasil Ujianku?"

"Hasil Ujianmu sangat memuaskan Violin," Dia menggenggam erat kedua tangannya di depanku. "Aku tidak menyangka dengan nilai Fisikamu." senyumannya pudar di depanku dan aku bisa melihat matanya yang melebar.

"Kenapa dengan Fisika saya, Mrs.Berlin?" Kataku, aku yakin suaraku bergetar karena aku panik dengan hasil Ujian Fisikaku.

"Sangat beda dengan nilai Fisikamu semester lalu," Jawab Mrs.Berlin. Aku menundukkan kepala dan menggigit bibir bawahku supaya aku tidak teganng. Mrs.Berlin membuka lemari mejanya yang ada di bawah mejanya dan berusaha mengambil sesuatu. "Ini hasil Ujianmu." Dia memberikan aku kertas dengan nilai tertara di atasnya.

Aku mengambil kertas itu dan melihat apa yang ada di atasnya. Itu adalah hasil Ujianku. Aku melihatnya dengan bangga karena nilaiku tidak ada yang B. Aku sangat senang, aku melihatnya sampai kebawah dan aku melihat nilai Fisikaku, maish tetap B+. Tapi tidak apa, ini semua ada kemajuan.

"Terimakasih, Mrs.Berlin!" Aku agak berteriak saat mengucapkannya dan tersenyum karea senang.

"Kau sangat pintar Mrs.Colvelin!" Puji Mrs.Berlin padaku.

Aku segera bersalaman dengan Mrs.Berlin dan segera keluar dari kantornya. Aku berjalan menuju pintu keluar sambil tetap tersenyum karena hasil yang aku peroleh sangat memuaskanku. Aku membuka pintu kantor dan berjalan perlahan keluar. Ternyata di luar sudah banyak yang menunggu untuk bergiliran masuk untuk mengambil hasil Ujiannya. Saat aku keluar, semua murid memandangku dengan berbagai macam. Aku tidak bisa menyembunyikan senyumanku karena aku sangat senang. Aku berjalan beberapa langkah sebelum mataku bertemu dengan mata Luke. Aku melihat Luke dan Luke juga melihatku. Aku ingin membagi kesenanganku dengan Luke tapi aku pikir-pikir tempat ini masih tidak aman, karena mungkin saja disekitar sini ada Angelina atau Anna atau Mikey atau Ash atau Calum. Jadi aku segera berjalan cepat dan mengabaikan Luke.

Everything I Didn't SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang