Part 43 - "Calm down Violin," -

283 16 1
                                    

Saat hanya tinggal 5 langkah lagi menuju ke pintu kamar Luke, aku mendengar suara desahan perempuan. Fuck it! "Violin," Mikey menangkapku. Dan memaksaku melihatnya. "Listen to me!"

Aku tidak percaya Luke tega melakukan ini. Jadi Luke yang selama ini aku kenal hanyalah pembohong dan penghianat? Air mataku menetes saat itu juga. Bukannya aku sedih, tapi aku merasa kesal dengan Luke.

"No Mikey we just have to-"

"ssttt ssstt Violin, no!" Kedua tangan Mikey memegang pundakku dan dia agak membungkuk karena aku lebih pendek darinya.

"Aahhh ssshh ahhh... Lukee.." Suara itu terdengar lagi. Rasanya aku ingin muntah.

"Fuck it!" Aku memukul bagian dada Mikey secara reflek karena aku sudah muak dengan suara itu. "Akkhh."

"Calm down Violin," Mikey mencoba menenagkanku. Dia lalu melepaskanku dan mengambil tanganku. "Ikut aku."

Sekarang aku benar-benar menangis. Michael menggandeng tanganku sampai ke bawah dan aku hanya bisa menangis. Dia berhenti di sofa dan menyuruhku unuk duduk. What a great friend.

AKu duduk di samping Michael. Michael mulai mengelus kepalaku hingga rambutku, "Calm down Violin,"

"NO I CANT FUCKING CALM DOWN!" Aku menangis lebih kencang. "Aku hanya mau menjelaskan tentang berita buruk yang aku dapat tapi aku salah aku benar-benar salah."

"What is that?" Tanya Mikey.

"WHAT THE FUCK MIKEY? AAKKKHHH SHIT!"

"Violin, jangan teriak! Tenangkan dirimu. Aku sejujurnya juga tidak suka jika Luke ngeseks dengan perempuan lain, aku tahu kau suka Luke dan aku tahu kau akan terluka jika mengetahui ini," Aku hanya terdiam saat Mikey bilang seperti itu. "Yea jika aku jadi Luke, aku tidak akan pernah membuatmu pergi. Karena oh tuhan kau begitu cantik, lihat dirimu Violin dan kau juga seru bagiku. Kau selalu bahagia walupun sejujurnya aku tahu kau terluka."

"No mikey no! Why the fuck do you say like that?" Aku tetap menangis, walaupun aku tahu Michael mencoba menghiburku.

"Ikut aku!" Michael mengambil tanganku lalu dia berdiri dari sofa lalu aku mengikutinya.

Dia masih memegang tanganku sampai di dapur lalu melepaskannya untuk membuka kulkas. Dia mengambil dua vodka dari kulkas lalu satunya diberikan kepadaku. "You need to be happy, Violin."

Aku mengambil satu dari tangannya. Dia membuka punyanya lalu segera diminum. Biaklah, Mikey benar. Saat ini aku harus menemukan sesuatu yang dapat membuatku bahagia. Aku segera membuka tutup botol vodka itu lalu meminumnya.

"Merasa lebih baik?" Tanya Michael sambil tersenyum ke arahku.

Aku meneguk terlalu banyak jadi aku merasa langsung pusing. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku agar aku bisa melihat Mikey lebih jelas, karena vodka ini langsung bereaksi. "Yeah ofcourse." Aku mengangguk

Michael lalu tertawa dan meminumnya lagi. "Anyways, do you wanna tell me about your bad news?"

Aku rasa Mikey berhak tahu, karena dia juga salah satu dari temanku. "Yea that's just uh.. yea bad news," Ucapku rada tertawa.

"What is it?"

"So im gonna leave this country to live with my Aunt in Ottawa for four to seven months," Jelasku.

"What?" Mikey terlihat sangat kaget. "You will leave us?"

Aku kembali meminum vodkaku lalu mengangguk memberi dia jawaban. "Uh.. Mikey not forever, just for four to seven months,"

"But that's so long," Sekarang Mikey terlihat sedih, dia menaruh vodkanya di meja dekat kulkas. Lalu dia mendekat ke arahku. "Fuck Violin, you cant go!"

Everything I Didn't SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang