Part 33 - "Fuck! Just let me go!" -

470 20 1
                                    

VIOLIN'SPOV:

Setelah film selesai, semuanya terlihat masih belum mengantuk. Aku juga begitu. Aku melihat Luke berdiri dengan Stephanie sambil membawa botol beer yang ada di tangan mereka. Luke membisikan sesuatu di telinga Stephanie sebelum mereka berdua tertawa. Well fuck it!

Kakiku masih ada di atas pahanya Calum, dan aku merasa nyaman dengan posisi ini.

Aku melihat ke Calum sebelum Calum melihat ke arahku. "What?" Tanyanya bingung.

"I feel so comfortable sitting on your lap," jelasku. Calum hanya tertawa-tawa saja. Kemudian aku mencium pipinya dan dia seperti kaget.

"Well, you really drunk Violin," Dia tertawa lalu aku juga ikut tertawa.

"Yes i am!" Padahal aku menyadari kalau aku mencium pipinya. Aku harap Luke melihat itu, i hope he sees it!

Aku melihat ke arah Luke sebentar, dan yeah dia melihatku mencium Calum. Aku segera mengalihkan pandanganku ke cangkirku yang berisi beer, lalu aku meminumnya.

"Can we talk?" Luke menghampiriku dan aku hampir saja batuk lagi.

Aku melihat ke atas, ke arah matanya karena dia sedang berdiri dan aku sedang duduk jadi dia seperti sangat tinggi. "Fuck! How many.." Aku mengambil napas. Aku hampir saja marah lagi dengannya. Tapi aku akhirnya sadar kalau banyak orang yang masih belum tau masalah aku dan Luke.

"She needs to-" omongan Calum terhenti oleh Luke.

"It's not your fucking business!" Luke menyodorkan tangannya ke arahku. Membantuku untuk berdiri. Padahal aku sudah merasa nyaman duduk bersama Calum di posisi ini. Lalu aku mengmbil tangannya, lalu aku berdiri dari sofa, namun aku langsung melepaskan tangannya dan mengikuti kemana dia pergi.

Luke mengajakku ke atas. Aku hanya mengikuti dia, lalu dia masuk ke kamar yang dia tiduri. Lalu Luke menutup pintunya. Aku hanya terdiam, menunggu apa yang sebenernya dia ingin bicarakan. Lalu, Luke berbalik menghadap ke arahku dengan wajah yang datar. Dia tidak kunjung membuka mulutnya, jadi aku yang mulai duluan.

"What do you wanna talk?" Tanyaku sambil melipat kedua tanganku di atas dadaku. "We dont need to talk because everything is clear and we've already broken up, havent we?"

"Seriously? Is it that fast?" Dia mengangkat alisnya melihat bingung ke arahku.

"Yeah, it's pretty clear," aku menjawabnya dengan santai.

"Look," dia berjalan mendekat ke arahku. "I apologize for what ive done, if that hurt you. All you heard about me is all so wrong." Luke menatap mataku, tapi aku menatapnya dengan sinis. "Okay, i used to but," dia memutar bola matanya. "I love you sincerely."

"Too late, Luke. It's too late for asking an aplogise. You hurt me," Aku menjawabnya menahan semua air mataku di balik kantong mata yang sudah penuh.

"But i love you, i fucking love you, babe," Luke memegang tanganku, namun aku segera menepis tangannya itu.

"Stop calling me babe and dont touch me!" Aku bisa melihat mata Luke yang sudah berkaca-kaca. Well, tapi kalau bohong dia nggak mungkin sampai ingin nangis seperti itu. "You know we broke up."

"Dont, please? Give me one more chance," Luke meminta sambil masih berdiri di hadapanku, menatapku dengan mata birunya.

"I gave you, but you waste it," Tanganku masih ada di dadaku.

"I tried my best for not doing that shit, and look, now the one who ruined all of this was Stephanie, not me, why are you always blame me?"

Aku sudah muak sebenernya dengan Luke plus aku juga sudah mengantuk. Jadi, aku tidak membalas perkataan Luke dan aku hanya berjalan pergi keluar. Saat aku mau membuka pintu, Luke memegangi tanganku agar aku tidak pergi.

Everything I Didn't SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang